Widget HTML #1

Konsep Lanjut Usia Keperawatan Gerontik


Pendahuluan

Peningkatan angka harapan hidup (AHH) di Indonesia adalah salah satu indikator keberhasilan pembangunan di Indonesia. Pada tahun 2014 AHH penduduk laki-laki adalah 68,7 tahun dan perempuan 72,6 tahun. Kondisi ini dapat meningkatkan jumlah lanjut usia di Indonesia yaitu 18,1 juta jiwa (7,6% dari total penduduk).

Pada tahun 2014, jumlah lansia di Indonesia menjadi 18,781 juta jiwa dan diperkirakan pada tahun
2025, meningkat sampai 36 juta jiwa. Usia lanjut dapat menimbulkan berbagai masalah kesehatan karena terjadi penurunan fungsi tubuh apabila tidak dilakukan upaya pelayanan kesehatan dengan baik.

Konsep Lanjut Usia (Lansia)

Masa tua adalah masa hidup manusia yang terakhir, dimana seseorang mengalami berbagai kemunduran. Lansia memerlukan dukungan perawatan supaya dapat mencapai masa tua yang sejahtera dan bahagia. Di bawah ini materi konsep lansia yang terdiri dari definisi lansia, batasan lansia, ciri-ciri lansia, perkembangan lansia, permasalahan lansia di Indonesia, tujuan pelayanan
kesehatan pada lansia, pendekatan perawatan dan etika dalam pelayanan kesehatan lansia.

#1 Definisi Lansia

Lansia adalah seseorang yang berusia 60 tahun ke atas. Menua bukan merupakan suatu penyakit, tetapi proses yang berangsur-angsur mengakibatkan perubahan kumulatif, merupakan proses menurunnya daya tahan tubuh untuk menghadapi rangsangan dari dalam dan luar tubuh.

Di Indonesia banyak lanjut usia yang masih produktif dan mampu berperan aktif dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Upaya peningkatan kesejahteraan sosial lansia pada hakikatnya merupakan pelestarian nilai-nilai keagamaan dan budaya bangsa.

Menua adalah suatu proses wajar yang terjadi di dalam kehidupan manusia, proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan. Menua adalah proses alamiah yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupan, yaitu anak, dewasa dan tua (Nugroho, 2006).

#2 Batasan Lansia

Berdasarkan WHO (1999), batasan lansia dijelaskan sebagai berikut:
  1. Usia lanjut (elderly): usia 60-74 tahun
  2. Usia tua (old): 75-90 tahun
  3. Usia sangat tua (very old): usia > 90 tahun.

Menurut Depkes RI (2005), dijelaskan bahwa batasan lansia dibagi menjadi tiga kategori, yaitu:
  1. Usia lanjut presenilis yaitu antara usia 45-59 tahun
  2. Usia lanjut yaitu usia 60 tahun ke atas
  3. Usia lanjut beresiko yaitu usia 70 tahun ke atas atau usia 60 tahun ke atas dengan masalah kesehatan.

#3 Ciri-Ciri Lansia

Berikut ini adalah ciri-ciri lansia:

a. Lansia merupakan periode kemunduran

Kemunduran pada lansia terjadi karena faktor fisik dan faktor psikologis. Motivasi berperan penting dalam kemunduran lansia. Seperti lansia yang mempunyai motivasi rendah untuk melakukan aktivitas fisik, maka akan mempercepat proses kemunduran fisik, sedangkan pada lansia dengan motivasi yang tinggi, kemunduran fisik akan lebih lama terjadi.

b. Lansia memiliki status kelompok minoritas

Kondisi ini disebabkan oleh sikap sosial yang tidak menyenangkan terhadap lansia dan diperkuat oleh pendapat yang kurang baik, seperti lansia yang lebih senang mempertahankan pendapatnya maka sikap sosial di masyarakat menjadi negatif, tetapi ada juga lansia yang memiliki sifat tenggang rasa sehingga sikap sosial masyarakat menjadi positif.

c. Menua membutuhkan perubahan peran

Perubahan peran dilakukan karena lansia sudah mengalami kemunduran dalam segala hal. Perubahan peran lansia sebaiknya dilakukan atas dasar keinginan sendiri bukan atas dasar tekanan dari luar. Seperti lansia memiliki jabatan sosial di masyarakat sebagai Ketua RT, sebaiknya masyarakat tidak memberhentikannya sebagai ketua RT karena usianya.

d. Penyesuaian yang buruk pada lansia

Sikap yang buruk pada lansia membuat mereka cenderung mengembangkan konsep diri yang buruk sehingga bisa memperlihatkan  perilaku yang buruk. Akibat dari perlakuan yang buruk, menyebabkan penyesuaian diri lansia menjadi buruk juga. Seperti lansia yang tinggal bersama keluarga sering tidak dilibatkan dalam pengambilan keputusan karena dianggap pola pikirnya ketinggalan jaman, hal ini membuat lansia menarik diri dari lingkungan, cepat tersinggung dan memiliki harga diri yang rendah.

#4 Perkembangan Lansia

Usia lanjut adalah usia yang mendekati akhir kehidupan manusia di dunia. Periode ini dimulai dari 60 tahun sampai akhir kehidupan. Semua orang akan mengalami proses menua (menjadi tua). Di masa tua seseorang akan mengalami kemunduran fisik, mental dan sosial sedikit demi sedikit sehingga
tidak dapat melakukan tugas sehari-hari lagi.

Penuaan adalah perubahan kumulatif pada makhluk hidup, termasuk tubuh, jaringan dan sel, yang
mengalami penurunan kapasitas fungsional. Pada manusia, penuaan dihubungkan dengan perubahan degeneratif pada kulit, pembuluh darah, jantung, paru-paru, tulang, saraf dan jaringan tubuh lainnya.

Kemampuan regeneratif yang terbatas pada lansia, membuat mereka lebih rentan
terhadap berbagai penyakit, sindroma dan kesakitan dibandingkan dengan orang dewasa
lain. Untuk menjelaskan penurunan pada tahap ini, terdapat berbagai perbedaan teori,
namun para ahli pada umumnya sepakat bahwa proses ini lebih banyak ditemukan pada
faktor genetik.

#5 Permasalahan lansia di Indonesia

Jumlah lansia di Indonesia tahun 2014 adalah 18 juta jiwa dan diperkirakan terus meningkat menjadi 41 juta jiwa pada tahun 2035 dan lebih dari 80 juta jiwa di tahun 2050. Pada tahun 2050, satu dari empat penduduk Indonesia adalah lansia dan lebih mudah menemukan lansia dibandingkan menemukan bayi atau balita.

Berdasarkan sebaran penduduk lansia pada tahun 2010. Lansia yang tinggal di perkotaan sebesar 12.380.321 (9,58%) dan yang tinggal di pedesaan sebesar 15.612.232 (9,97%). Terdapat perbedaan yang besar antara lansia yang tinggal di perkotaan dan di pedesaan.

Perkiraan tahun 2020 jumlah lansia akan mengalami kenaikan sebesar 28.822.879 (11,34%), dengan sebaran lansia yang tinggal di perkotaan 15.714.952 (11,20%) dan yang tinggal di pedesaan 13.107.927 (11,51%). Meningkatnya lansia yang tinggal di perkotaan disebabkan tidak banyaknya perbedaan antara rural dan urban.

Permasalahan yang dialami lansia

Pendapat lain menjelaskan bahwa lansia mengalami perubahan dalam kehidupannya
sehingga menimbulkan beberapa masalah. Permasalahan tersebut diantaranya yaitu :

a. Masalah fisik

Fisik yang mulai melemah pada lansia, sering terjadi radang persendian ketika melakukan aktivitas yang cukup berat, indra penglihatan yang mulai kabur, indra pendengaran yang mulai berkurang serta daya tahan tubuh yang menurun, sehingga sering sakit.

b. Masalah kognitif ( intelektual )

Masalah yang dihadapi lansia terkait dengan perkembangan kognitif, yaitu melemahnya daya ingat terhadap sesuatu hal (pikun), dan sulit untuk bersosialisasi dengan masyarakat.

c. Masalah emosional

Masalah yang dihadapi terkait dengan perkembangan emosional, adalah rasa ingin berkumpul dengan keluarga sangat kuat, sehingga tingkat perhatian lansia kepada keluarga menjadi sangat besar. Selain itu, lansia sering marah apabila ada sesuatu yang kurang sesuai dengan kehendak pribadi dan sering stres akibat masalah ekonomi yang kurang terpenuhi.

d. Masalah spiritual

Masalah yang dihadapi terkait dengan perkembangan spiritual, adalah kesulitan untuk menghafal kitab suci karena daya ingat yang mulai menurun, merasa kurang tenang ketika mengetahui anggota keluarganya belum mengerjakan ibadah, dan merasa gelisah ketika menemui permasalahan hidup yang cukup serius.

#6 Tujuan Pelayanan Kesehatan pada Lansia

Pelayanan biasanya senantiasa memberi arah dalam mempermudah petugas kesehatan dalam memberi pelayanan sosial, kesehatan, perawatan serta menambah kualitas pelayanan lanjut usia.

Arah pelayanan kesehatan pada lanjut usia terbagi dalam :
  • Menjaga derajat kesehatan lanjut usia pada skala yang setinggi-tingginya, hingga terlepas dari penyakit atau masalah.
  • Pelihara kesehatan dengan aktifitas-aktifitas fisik serta mental 
  • Berusaha semaksimal mungkin supaya lanjut usia yang menderita penyakit masih tetap bisa menjaga kemandirian yang maksimal. 
  • Mengikuti serta memberi pertolongan moril serta perhatian pada lanjut usia yang ada dalam tahap terminal hingga lanjut usia bisa menghadapi kematian dengan tenang serta bermartabat. 

Manfaat pelayanan bisa dikerjakan pada pusat pelayanan sosial lanjut usia, pusat info pelayanan sosial lanjut usia, serta pusat peningkatan pelayanan sosial lanjut usia serta pusat pemberdayaan lanjut usia. 

#7 Pendekatan Perawatan Lansia

a. Pendekatan Fisik

Pendekatan fisik pada lansia dilakukan perhatian terhadap kesehatan, kebutuhan, kejadian yang dialami semasa hidupnya, perubahan fisik, tingkat kesehatan yang masih dapat dicapai
dan dikembangkan, serta penyakit yang dapat dicegah.

Pendekatan fisik pada lansia dapat dibagi 2 bagian:
  1. Klien lansia yang aktif dan memiliki keadaan fisik yang masih mampu bergerak tanpa bantuan orang lain sehingga ia masih mampu melakukan aktivitas sehari-hari sendiri.
  2. Klien lansia yang pasif, keadaan fisiknya mengalami kelumpuhan atau sakit. Perawat harus mengetahui dasar perawatan klien lansia ini, terutama yang berkaitan dengan personal hygiene untuk mempertahankan kesehatan.

b. Pendekatan Psikologis

Perawat memiliki fungsi utama untuk membuat pendekatan edukatif pada pasien lanjut usia. Perawat bisa bertindak menjadi pendukung pada semua hal yang asing, penampung rahasia pribadi serta teman dekat yang akrab.

Perawat sebaiknya mempunyai kesabaran serta kecermatan dalam memberikan peluang serta waktu yang cukup banyak untuk menerima bermacam-macam aduan supaya lanjut usia merasa senang. Perawat harus memiliki prinsip triple S yakni; Sabar, Simpatik dan Service. Jika ingin merubah tingkah laku serta pandangan mereka pada kesehatan, perawat dapat mengerjakannya dengan perlahan-lahan dan setahap.

c. Pendekatan Sosial

Berdiskusi dan bertukar pikiran serta cerita adalah usaha perawat dalam mengerjakan pendekatan sosial. Memberikan peluang untuk berkumpul dengan sesama pasien lanjut usia berarti menciptakan sosialisasi. Pendekatan sosial ini adalah pegangan buat perawat bahwa lanjut usia ialah makhluk sosial yang memerlukan orang lain.

Dalam realisasinya, perawat bisa membuat jalinan sosial, baik antar lansia ataupun dengan perawat. Perawat memberikan peluang seluas-luasnya pada lanjut usia untuk membuat komunikasi dan berekreasi. Lanjut usia butuh dimotivasi untuk membaca media massa dan majalah.

#8 Prinsip Etika pada Pelayanan Kesehatan Lansia

Pada pelayanan keperawatan pada lansia ada beberapa prinsip etika yang harus dijalankan (Kane et al, 1994, Reuben et al, 1996) yaitu:

a. Empati

Empati adalah simpati atas dasar pengertian yang dalam. Ini berarti bahwa pelayanan pada lansia harus penuh dengan pengertian, kasih sayang serta memahami rasa penderitaan yang dialami oleh lansia.

Tindakan empati harus dilakukan secara wajar, jangan berlebihan sehingga tidak menimbulkan kesan belas kasihan. Untuk itu perawat lansia harus memahami proses fisiologis dan patologik dari penderita lansia.

b. Non maleficence dan beneficence

Pelayanan pada lansia harus mengutamakan untuk mengerjakan yang baik dan menghindari tindakan yang menambah penderitaan. Misalnya pada pemberian posisi baring yang tepat untuk menghindari rasa nyeri, pemberian anti nyeri yang cukup, pengucapan kata-kata hiburan adalah contoh yang mudah dan praktis untuk dilaksanakan.

c. Otonomi

Otonom merupakan suatu prinsip bahwa seorang individu mempunyai hak untuk menentukan nasibnya, dan mengemukakan keinginannya sendiri. Tentu saja hak tersebut mempunyai batasan, akan tetapi di bidang geriatri hal tersebut berdasar pada keadaan, apakah lansia dapat membuat keputusan secara mandiri dan bebas. Dalam budaya timur, biasanya hal ini dibantu oleh pendapat keluarganya.

d. Keadilan

Prinsip pelayanan pada lansia harus memberikan perlakuan yang sama bagi semua. Kewajiban untuk memperlakukan seorang penderita secara wajar dan tidak mengadakan pembedaan atas dasar karakteristik yang tidak relevan.

e. Kesungguhan hati

Pelayanan pada lansia harus mengikuti prinsip untuk selalu memenuhi semua janji yang diberikan
pada seorang lansia. Ini dapat memupuk rasa percaya antara perawat dan lansia, sehingga pelayanan menjadi lebih optimal.

Daftar Pustaka
  • Azizah & Lilik Ma’rifatul, (2011). Keperawatan Lanjut Usia. Edisi 1. Yogyakarta : Graha Ilmu
  • Darmojo RB, Mariono, HH (2004). Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut). Edisi ke-3. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
  • Depkes RI (2005). Pedoman pembinaan Kesehatan Lanjut Usia. Jakarta
  • Kemenkes RI (2014).Situasi dan Analisis Lanjut Usia. Pusat Data dan Informasi Kemenkes RI. Jakarta
  • Nugroho, Wahjudi. (2000). Keperawatan Gerontik. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
  • Reni Yuli Aspiani. (2014). Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Aplikasi : NANDA, NIC, NOC, Jilid 1, Jakarta
  • Sarif La Ode (2012). Asuhan Keperawatan Gerontik Berstandar Nanda, NIC, NOC, Dilengkapi dengan Teori dan Contoh Kasus Askep. Jakarta: Nuha Medika
  • Stanley, M & Beare, P.G. (2007). Buku Ajar Keperawatan Gerontik Ed.2.Jakarta: EGC
  • Tantut Susanto. (2013). Keperawatan Gerontik. Digital Repository. Universitas Jember.
  • Undang-Undang No 13 (1998). UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 1998 TENTANG KESEJAHTERAAN LANJUT USIA.