Widget HTML #1

Askep Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Eliminasi Urine

Pendahuluan

Eliminasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang esensial dan berperan penting untuk kelangsungan hidup manusia. Eliminasi dibutuhkan untuk mempertahankan dalam keseimbangan fisiologis melalui pembuangan sisa-sisa metabolisme. Sisa metabolisme berupa eliminasi urine dari saluran perkemihan berupa urine disebut eliminasi urine/buang air kecil (BAK), hal ini bertujuan untuk mempertahankan kehidupan dan kesehatan.

Eliminasi merupakan aktivitas pokok yang harus dilakukan setiap manusia dan harus terpenuhi, bila tidak terpenuhi akan menjadi berbagai macam gangguan yang berdampak pada pada gangguan sistem pencernaan dan sistem perkemihan.

Konsep Dasar Eliminasi Urine

Eliminasi atau pembuangan normal urine merupakan kebutuhan dasar manusia yang harus terpenuhi yang sering dianggap penting oleh kebanyakan orang. Pada sistem perkemihan yang tidak berfungsi dengan baik, hal ini bisa mengganggu sistem organ yang lainnya.

Seseorang yang mengalami perubahan eliminasi dapat menderita secara fisik dan psikologis. Anda sebagai perawat harus memahami dan menunjukkan sikap peka terhadap kebutuhan klien akan eliminasi urine, serta memahami penyebab terjadinya masalah dan berusaha memberikan bantuan untuk penyelesaian masalah yang bisa diterima.

Saudara-saudara sekalian, agar Anda dapat melakukan asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan pemenuhan kebutuhan eliminasi fekal, sebelumnya Anda harus mempelajari dulu tentang konsep dasar eliminasi urine (1) menjelaskan pengertian, (2) menjelaskan anatomi fisiologi sistem perkemihan, (3) mengidentifikasi eliminasi normal, dan (4) menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi kebiasaan berkemih.

Definisi Eliminasi Urine

Eliminasi atau pembuangan urine normal adalah proses pengosongan kandung kemih bila kandung kemih terisi.

Anatomi dan Fisiologi Eliminasi Urine

gambar: Sistem Perkemihan

Proses pengeluaran ini sangat bergantung pada fungsi-fungsi organ eliminasi seperti ginjal, ureter, kandung kemih atau bladder dan uretra. Ginjal memindahkan air dari darah dalam bentuk urine kemudian masuk ke ureter lalu mengalir ke bladder. Dalam bladder urine ditampung sampai mencapai batas tertentu atau sampai timbul keinginan berkemih, yang kemudian dikeluarkan melalui uretra.

Ginjal (Kindey)

Tahukah Anda bahwa ginjal bentuknya seperti kacang, terdiri dari 2 bagian kanan dan kiri. Produk buangan (limbah) hasil metabolisme yang terkumpul dalam darah melewati arteri renalis kemudian difiltrasi di ginjal. Sekitar 20 %-25 % curah jantung bersirkulasi setiap hari melalui ginjal.

Setiap 1 ginjal mengandung 1-4 juta nefron yang merupakan unit pembentukan urine di Glomerulus. Kapiler glomerulus memiliki pori-pori sehingga dapat memfiltrasi air dan substansi seperti glukosa, asam-amino, urea, kreatinin dan elektrolit.

Kondisi normal, protein ukuran besar dan sel-sel darah tidak difiltrasi. Bila urine terdapat protein (proteinuria), hal ini bertanda adanya cedera pada glomerulus. Rata-rata Glomerular Filtrasi Rate (GFR) normal pada orang dewasa 125 ml/menit atau 180 liter/24 jam. Sekitar 99 % filtrat direabsorpsi seperti ke dalam plasma, sedang 1 % diekskresikan seperti ion hidrogen, kalium dan amonia sebagai urine.

Ureter

Setelah urine terbentuk kemudian akan dialirkan ke pelvis ginjal ke bladder melalui ureter. Panjang ureter dewasa 25-30 cm dan berdiameter 1.25 cm. Dinding ureter dibentuk dari 3 lapisan, yaitu lapisan dalam membran mukosa, lapisan tengah otot polos yang mentransfer urine melalui ureter dengan gerakan peristaltik yang distimulasi oleh distensi urine dikandung kemih, lapisan luar jaringan fibrosa menyokong ureter.

Adanya obstruksi di ureter atau batu ginjal, menimbulkan gerakan peristaltik yang kuat sehingga mencoba mendorong dalam kandung kemih, hal ini menimbulkan nyeri yang sering disebut kolik
ginjal.

Kandung Kemih (Bladder)

Kandung kemih tempat penampung 400-600 ml, namun keinginan berkemih dirasakan pada saat kandung kemih terisi urine pada orang dewasa 150 walaupun pengeluaran urine normal 300 ml urine, letaknya di dasar panggul terdiri otot yang dapat mengecil seperti balon. Dalam keadaan penuh kandung kemih membesar terdiri 2 bagian fundus dan bagian leher terdapat spinter interna dikontrol saraf otonom oleh sakral 2 dan 3.

Pada orang dewasa normal jumlah urine 1,2-1,5 liter perhari atau 50 ml/jam selebihnya seperti air, elektrolit dan glukosa diabsorpsi kembali. Komposisi urine 95 % air, dan 5 % elektrolit dan zat organik.

Pengeluaran urine seseorang tergantung pada intake cairan, faktor sirkulasi penyakit metabolic seperti diabetes, glomerulonefritis dan penggunaan obat-obatan diuretic. Bila pengeluaran urine kurang dari 30 ml/menit sedangkan masukan cairan cukup, hal ini kemungkinan gagal ginjal.

Uretra

Uretra merupakan saluran pembuangan urin keluar dari tubuh, kontrol pengeluaran pada spinter eksterna yang dapat dikendalikan oleh kesadaran kita. Dalam kondisi normal, aliran urine yang mengalami turbulasi membuat urine bebas dari bakteri, karena membran mukosa melapisi uretra mensekresi lendir bersifat bakteriostatis dan membentuk plak mukosa mencegah masuknya bakteri.


Tahukah anda panjang uretra wanita lebih pendek 4-6.5 cm, sehingga menjadi faktor predisposisi infeksi saluran kemih, sedangkan pria panjangnya 20 cm. Pada wanita, meatus uninarius (lubang) terletak di antara labia minora, diatas vagina dan dibawah klitoris. Pada pria, meatus terletak pada ujung distal penis (lihat gambar).

Fisiologi Berkemih

Fisiologi berkemih secara umum menurut Gibson (2003) dapat dilihat pada grafik di bawah ini.


Proses kejadian eliminasi urine ada dua langkah utama:
  • Pertama, bila kandung kemih saudara secara progresif terisi sampai tegangan di dindingnya meningkat diatas nilai ambang dikirim ke medulla spinalis diteruskan ke pusat miksi pada susunan saraf pusat.
  • Kedua, pusat miksi mengirim sinyal ke otot kandung kemih (destrusor), maka spinter ekterna relaksasi berusaha mengosongkan kandung kemih, sebaliknya bila memilih tidak berkemih spinter eksterna berkontraksi.

Kerusakan pada medulla spinalis menyebabkan hilangnya kontrol volunter berkemih, tetapi jalur refleks berkemih dapat tetap sehingga terjadinya berkemih secara tetap, maka kondisi ini disebut refleks kandung kemih.

Apa yang harus diketahui tentang eliminasi urine normal ?

1. Pola Eliminasi urine normal
Seseorang berkemih sangat tergantung pada individu dan jumlah cairan yang masuk. Orang-orang biasanya berkemih pertama kali pada waktu bangun tidur, setelah bekerja dan makan.

2. Frekuensi
Normalnya miksi dalam sehari sekitar 5 kali. Frekuensi untuk berkemih tergantung kebiasaan dan kesempatan. Banyak orang berkemih kira-kira 70% dari urine setiap hari pada waktu bangun tidur dan tidak memerlukan waktu untuk berkemih pada malam hari.

3. Karakteristik urine normal
Untuk mengetahui warna urine normal adalah kuning terang, disebabkan adanya pigmen oruchrome, juga tergantung intake cairan. Seseorang dalam keadaan dehidrasi maka konsentrasi urine menjadi lebih pekat dan kecoklatan, penggunaan obat-obatan tertentu seperti multivitamin dan preparat besi menyebabkan warna urine menjadi kemerahan sampai kehitaman.

Bau urine normal adalah bau khas amoniak. merupakan hasil pecahan urea oleh bakteri. Pemberian pengobatan akan mempengaruhi bau urine. Jumlah urine yang dikeluarkan tergantung pada usia, intake cairan dan status kesehatan. Pada orang dewasa jumlah urine yang dikeluarkan sekitar 1.200-1.500 atau 150 sampai 600 ml/sekali miksi. Berat jenis plasma (tanpa protein) berkisar 1,015-1,020.

Peran perawat jika menemukan data klien dewasa dengan volume urine dibawah 500 ml atau diatas 300 ml dalam periode 24 jam, warna, bau abnormal dan berat jenis diatas normal maka perlu perhatian khusus pada klien tersebut bila perlu perawat melapor.

Faktor yang Mempengaruhi Kebiasaan Berkemih

1. Pertumbuhan dan perkembangan
Usia seseorang dan berat badan dapat mempengaruhi jumlah pengeluaran urine. Normalnya bayi-anak ekskresi urine 400-500 ml/hari, orang dewasa 1500-1600ml.

Contoh:
Pada bayi-anak berat badan 10% orang dewasa mampu ekskresi 33% lebih banyak dari orang dewasa, usia lanjut volume bladder berkurang sehingga sering mengalami nokturia dan frekuensi berkemih meningkat, demikian juga wanita hamil juga akan lebih sering berkemih karena kandung kemih ditekan bagian terendah janin.

2. Sosiokultural
Budaya masyarakat di mana sebagian masyarakat hanya dapat miksi pada tempat tertutup dan sebaliknya ada masyarakat yang dapat miksi pada lokasi terbuka.

Contoh:
Masyarakat kita kebanyakan berkemih di kamar mandi (dalam keadaan tertutup) atau lokasi terbuka, sedangkan pada orang dalam kondisi sakit harus miksi diatas tempat tidur, hal ini membuat seseorang kadang menahan miksinya.

3. Psikologis
Pada keadaan cemas dan stress akan meninggalkan stimulasi berkemih, sebagai upaya kompensasi.

Contoh:
Seseorang yang cemas dan stress maka mereka akan sering buang air kecil.

4. Kebiasaan atau gaya hidup seseorang
Gaya hidup ada kaitannya dengan kebiasaan seseorang berkemih.

Contoh:
Seseorang yang biasa berkemih di toilet atau di sungai atau di alam bebas, akan mengalami kesulitan kalau berkemih diatas tempat tidur apalagi dengan menggunakan pot urine/ pispot.

5. Aktivitas dan tonus otot
Eliminasi urine membutuhkan tonus otot blanded, otot bomen, dan pelvis untuk berkontraksi. Jika ada gangguan tonus, otot dorongan untuk berkemih juga akan berkurang. Aktivitas dapat meningkatkan kemampuan metabolism produksi urine secara optimal.

6. Intake cairan dan makanan
Kebiasaan minum dan makan tertentu seperti kopi, teh, coklat, (mengandung kafein) dan alkohol akan menghambat Anti Diuretik Hormon (ADH), hal ini dapat meningkatkan pembuangan dan ekresi urine.

7. Kondisi penyakit
Kondisi penyakit tertentu seperti pasien yang demam akan terjadi penurunan produksi urine dan pola miksi, karena banyak cairan yang dikeluarkan melalui kulit. Peradangan dan iritasi organ kemih meninggalkan retensi urine.

8. Pembedahan
Tindakan pembedaan memicu sindrom adaptasi, sehingga kelenjar hipofisis anterior melepas hormone ADH, mengakibatkan meningkatkan reabsorsi air akhirnya pengeluaran urine menurun. Penggunaan anastesi menurunkan filtrasi glomerulus sehingga produksi urine menurun.

9. Pengobatan
Penggunaan terapi diuretik meningkatkan output urine, antikolinergik, dan antihipertensi, sehingga menimbulkan seseorang akan mengalami retensi urine.

10. Pemeriksaan dianogtik
Intravenous pylogram di mana pasien dibatasi intake sebelum prosedur untuk mengurangi output urine. Cystocospy dapat menimbulkan edema local pada uretra, spasme pada spinter bledder sehingga dapat menimbulkan urine tertahan ( retensia urine).

Masalah-Masalah Eliminasi Urine

Ada beberapa masalah yang terjadi pada pasien dengan gangguan pemenuhan kebutuhan eleminasi urine. Masalah tersebut antara lain:
  1. Retensi urine. Retensi urine adalah kondisi seseorang terjadi karena penumpukan urine dalam bladder dan ketidakmampuan bladder untuk mengosongkan kandung kemih. Penyebab distensi bladder adalah urine yang terdapat dalam bladder melebihi 400 ml. Normalnya adalah 250 - 400 ml. Kondisi ini bisa disebabkan oleh hipertropi prostat, pembedahan, otot destrusor lemah dan lain-lain.
  2. Inkontinensia Urine. Bila seseorang mengalami ketidak mampuan otot spinter eksternal sementara atau menetap untuk mengontrol pengeluaran urine. Ada dua jenis inkontinensia: 
    • Pertama, stres inkontinensia yaitu stres yang terjadi pada saat tekanan intra-abdomen meningkat dan menyebabkan kompresi kandung kemih. Contoh sebagian orang saat batuk atau tertawa akan mengalami terkencing-kencing, hal tersebut bisa dikatakan normal atau bisa terjadi pada lansia.
    • Kedua, urge inkontinensia yaitu inkontinensia yang terjadi saat klien terdesak ingin berkemih atau tiba-tiba berkemih, hal ini terjadi akibat infeksi saluran kemih bagian bawah atau spasme bladder, overdistensi, peningkatan konsumsi kafein atau alkohol (Taylor,1989).
  3. Enuresis. Enuresis adalah ketidaksanggupan menahan kemih (mengompol) yang tidak disadari yang diakibatkan ketidakmampuan untuk mengendalikan spinter eksterna. Biasanya terjadi pada anak-anak atau orang jompo. Faktor penyebab takut keluar malam, kapasitas kandung kemih kurang normal, infeksi dan lain-lain.

Perubahan Pola Berkemih

Dalam kaitannya dengan perubahan pola berkemih pada pasien yang mengalami gangguan pemenuhan kebutuhan eliminasi urine, hal yang perlu saudara lakukan pengkajian pada perubahan pola berkemih antara lain:
  1. Frekuensi. Meningkatnya frekuensi berkemih tanpa intake cairan yang meningkat, biasanya terjadi pada cystitis, stress, dan wanita hamil.
  2. Urgency. Perasaan ingin segera berkemih dan biasanya terjadi pada anak-anak karena kemampuan spinter untuk mengontrol berkurang.
  3. Dysuria. Rasa sakit dan kesulitan dalam berkemih misalnya pada infeksi saluran kemih, trauma, dan striktur uretra.
  4. Polyuria (Diuresis). Produksi urine melebihi normal, tanpa peningkatan intake cairan misalnya pada pasien DM.
  5. Urinary Suppression. Keadaan di mana ginjal tidak memproduksi urine secara tiba-tiba. Anuria (urine kurang dari 100 ml/24 jam), olyguria (urine berkisar 100-500 ml/24 jam).

Proses Keperawatan

Mengingat sisa hasil metabolisme tubuh yang berupa feses merupakan kotoran yang bersifat toksin
sehingga bisa meracuni apabila tidak segera dikeluarkan dari tubuh, hal ini anda sebagai
perawat berperan untuk membantu memenuhi kebutuhan eliminasi klien.

Topik berikutnya Anda harus belajar lima langkah yang harus Anda pahami dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan eliminasi meliputi pengkajian, merumuskan diagnosa keperawatan, intervensi dan implementasi dan evaluasi.

Pengkajian

Pengkajian harus menggerakan semua indra dan tenaga untuk melakukan pengkajian secara cermat baik melalui wawancara, observasi, pemeriksaan fisik untuk menggali data yang akurat.
  • Tanyakan riwayat keperawatan klien tentang pola berkemih, gejala dari perubahan berkemih, dan faktor yang mempengaruhi berkemih.
  • Pemeriksaan fisik klien meliputi 1) abdomen, pembesaran, pelebaran pembuluh darah vena, distensi bladder, pembesaran ginjal, nyeri tekan, tenderness, bissing usus, 2) genetalia: wanita, inflamasi, nodul, lesi, adanya secret dari meatus, kesadaran, antropi jaringan vagina, dan genetalia laki-laki: kebersihan, adanya lesi, tenderness, adanya pembesaran skrotum.
  • Identifikasi Intake dan output cairan dalam (24 jam) meliputi pemasukan minum dan infuse, NGT, dan pengeluaran perubahan urine dari urinal, cateter bag, ainage ureternomy, karakter urine: warna, kejernihan, bau, kepekatan.
  • Pemeriksaan diagnostic : Pemeriksaan urine (urinalisis): Warna: (jernih kekuningan), Penampilan (N: jernih), Bau (N: beraroma), pH (N: 4,5-8,0), Berat jenis (N: 1,005-1,030), Glukosa (N: negatif), Keton (N: negatif), Kultur urine (N: kuman petogen negatif).

Diagnosa Keperawatan → Gangguan pola eliminasi urine: inkontinensia

  • Definisi: Kondisi dimana seseorang tidak mampu mengendalikan pengeluaran urine.
  • Kemungkinan penyebab (berhubungan dengan): gangguan neuromuskuler, spasme bladder, trauma pelvic, infeksi saluran kemih, trauma medulla spinalis
  • Kemungkinan klien mengalami (data yang ditemukan): inkontinensia, keinginan berkemih yang segera, sering ke toilet, menghindari minum, spame bladder, setiap berkemih kurang dari 100 ml atau lebih dari 550 ml.

Tujuan yang diharapkan:
  1. Klien dapat mengontrol pengeluaran urine tiap 4 jam.
  2. Tidak ada tanda-tanda retensi dan inkontinensia urine.
  3. Klien berkemih dalam keadaan berkemih.

Intervensi
  1. Monitor keadaan bladder setiap 2 jam dan kolaborasi dalam bladder training
    • Rasional: Tingkatkan kekuatan otot bladder
  2. Hindari faktor pencetus inkontinensia urine seperti cemas
    • Rasional: Mengurangi atau menghindari inkontinensia
  3. Kolaborasi dengan dokter dalam pengobatan dan kateterisasi
    • Rasional: Menghindari faktor penyebab
  4. Berikan penjelasan tentang: pengobatan, kateter, penyebab dan tindakan lainnya
    • Rasional: Meningkatkan pengetahuan dan pasien lebih kooperatif

Implementasi
Implementasi atau tindakan keperawatan dilakukan sesuai dengan intervensi atau rencana yang telah disusun.

Kriteria Evaluasi
Setelah membantu untuk klien lakukan evaluasi: Klien mampu mengontrol pengeluaran bladder setiap 4 jam, tanda dan gejala inkontinensia urine berkurang atau tidak ada.

Diagnosa Keperawatan → Retensi urine

  • Definisi: Kondisi di mana seseorang tidak mampu mengosongkan bladder secara tuntas.
  • Kemungkinan penyebab (berhubungan dengan): Obstruki mekanik, pembesaran prostat, trauma, pembedahan, kehamilan.
  • Kemungkinan klien mengalami (data yang ditemukan): tidak tuntasnya pengeluaran urine, distensi bladder, hipertropi prostat, kanker, infeksi saluran kemih, pembesaran besar abdomen.

Intervensi
  1. Monitor keadaan bladder setiap 2 jam
    • Rasional: Menentukan masalah
  2. Ukur intake dan output cairan setiap 4 jam
    • Rasional: Memonitor keseimbangan cairan
  3. Berikan cairan 2.000 ml/hari dengan kolaborasi
    • Rasional: Menjaga defisit cairan
  4. Kurangi minum setelah jam 6 malam
    • Rasional: Mencegah nokturia
  5. Kaji dan monitor analisis urine elektrolit dan berat badan
    • Rasional: Membantu keseimbangan cairan dan membantu mengembalikan energi
  6. Lakukan latihan pergerakan dan lakukan relaksasi ketika duduk berkemih
    • Rasional: Menguatkan fungsi bladder dan menguatkan otot pelvis
  7. Kolaborasi dalam pemasangan kateter
    • Rasional: Mengeluarkan urine

Implementasi
Implementasi atau tindakan keperawatan dilakukan sesuai dengan intervensi atau rencana yang telah disusun.

Evaluasi
Setelah membantu untuk klien lakukan evaluasi: Klien mampu mengontrol pengeluaran bladder setiap 4 jam, tanda dan gejala retensi urine tidak ada.

Daftar Pustaka

  • Alman. 2000. Fundamental & Advanced Nursing Skill. Canada: Delmar Thompson, Learning Publisher.
  • Asmadi. 2008. Teknik Prosedural Keperawatan, Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta: Salemba Medika.
  • A. Azis Alimun. 2006. Kebutuhan Dasar Manusia I. Jakarta: Salemba Medika.
  • Elkin, et al. 2000. Nursing Intervention and Clinical Skills. Second Ed.
  • Kozier, B. 1995. Fundamental of Nursing: Concept Process and Practice, Ethics and Values. California: Addison Wesley.
  • Perry,at al. 2005. Keterampilan dan Prosedur Dasar Kedokteran. Jakarta: EGC.
  • Potter,P. 1998. Fundamental of Nursing. Philadelphia: Lippincott.
  • Potter & Perry. 2006. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep,Proses dan Praktik. Edisi 4. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran, EGC.
  • Tarwoto Wartonah. 2006. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan. Edisi 3. Jakarta: Salemba Medika.
  • Tim Poltekkes Depkes Jakarta III. 2009. Panduan Praktek KDM. Jakarta: Salemba Medika.
  • Tim Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang. 2012. Modul Pembelajaran KDM. Malang.
  • Tim Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang. 2012. Modul Pemeriksaan Fisik dan Implikasinya dalam Keperawatan. Malang.
  • Wahid,IM dan Nurul, C. 2008. Buku Ajar Kebutuhan dasar Manusia, Teori dan Aplikasi dalam Praktek. Jakarta: Salemba Medika.