Widget HTML #1

Askep Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Istirahat Tidur


Ada 5 langkah yang harus kita lakukan dalam memberikan asuhan keperawatan, yaitu:

1. Pengkajian

Aspek yang perlu dikaji pada klien untuk mengidentifikasi mengenai gangguan kebutuhan istirahat dan tidur meliputi pengkajian mengenal:

a. Riwayat tidur
  1. Pola tidur, seperti jam berapa klien masuk kamar untuk tidur, jam berapa biasa bangun tidur, dan keteraturan pola tidur klien;
  2. Kebiasaan yang dilakukan klien menjelang tidur, seperti membaca buku, buang air kecil, dan lain-lain;
  3. Gangguan tidur yang sering dialami klien dan cara mengatasinya;
  4. Kebiasaan tidur siang; apakah klien biasa tidur siang? Jam berapa? Berapa lama?
  5. Lingkungan tidur klien. Bagaimana kondisi lingkungan tidur apakah kondisinva bising, gelap, atau suhunya dingin? dan lain lain;
  6. Peristiwa yang baru dialami klien dalam hidup. Perawat mempelajari apakah peristiwa, yang dialami klien, yang menyebabkan klien mengalami gangguan tidur?;
  7. Status emosi dan mental klien. Status emosi dan mental mempengaruhi terhadap kemampuan klien untuk istirahat dan tidur. Perawat perlu mengkaji mengenai status emosional dan mental klien, misalnya apakah klien mengalami stres emosional atau ansietas?, juga dikaji sumber stres yang dialami klien.

b. Perilaku deprivasi tidur yaitu manifestasi fisik dan perilaku yang timbul sebagai akibat
gangguan istirahat tidur, seperti:
  1. Penampilan wajah, misalnya adakah area gelap di sekitar mata, bengkak di kelopak mata, konjungtiva kemerahan, atau mata yang terlihat cekung;
  2. Perilaku yang terkait dengan gangguan istirahat tidur, misalnya apakah klien mudah tersinggung, selalu menguap, kurang konsentrasi, atau terlihat bingung;
  3. Kelelahan, misalnya apakah klien tampak lelah, letih, atau lesu.

c. Gejala Klinis
Gejala klinis yang mungkin muncul: perasaan lelah, gelisah, emosi, apetis, adanya kehitaman di daerah sekitar mata bengkak, konjungtiva merah dan mata perih, perhatian tidak fokus, sakit kepala.

d. Penyimpangan Tidur
Kaji penyimpangan tidur seperti insomnia, somnambulisme, enuresis, narkolepsi, night terrors, mendengkur, dan lain-lain.

e. Pemeriksaan fisik
  1. Tingkat energi, seperti terlihat kelelahan, kelemahan fisik, terlihat lesu.
  2. Ciri-ciri diwajah, seperti mata sipit, kelopak mata sembab, mata merah, semangat.
  3. Ciri-ciri tingkah laku, seperti oleng/ sempoyongan, menggosok-gosok mata, bicara lambat, sikap loyo.
  4. Data penunjang yang menyebabkan adanya masalah potensial, seperti obesitas, deviasi septum, TD rendah, RR dangkal dan dalam.

f. Diagnosa keperawatan
Diagnosis keperawatan yang mungkin ditemukan pada klien dengan gangguan pemenuhan istirahat tidur menurut Asmadi (2008), antara lain:
  1. Gangguan pola tidur disebabkan karena ansietas yang klien, lingkungan yang tidak kondusif untuk tidur (misalnya, lingkungan yang bising), ketidakmampuan mengatasi stres yang dialami, dan nyeri akibat penyakit yang diderita, Insomnia, hiperinsomnia, kehilangan tidur REM, ketakutan.
  2. Perubahan proses berpikir disebabkan oleh terjadinya deprivasi tidur.
  3. Gangguan harga diri terutama dialami pada klien yang mengalami enuresis.
  4. Risiko cedera terutama pada klien yang menderita somnambulisme. Klien melakukan aktivitas tanpa disadari sehingga berisiko terjadinya kecelakaan, bisa berupa jatuh dari tempat tidur, turun tangga, atau membentur tembok.

2. Pemeriksaan diagnostik

  • Elektroecepalogram (EEG).
  • Elektromipogram (EMG).
  • Elektrookulogram (EOG).

3. Intervensi

  • Kaji masalah yang menyebabkan gangguan tidur (Nyeri, takut, stress, ansietas, imobilitas, sering berkemih, lingkungan yang asing, temperatur).
  • Kurangi atau hilangkan distraksi lingkungan dan gangguan tidur (bising: tutup pintu kamar, turunkan volume TV).
  • Bantu upaya tidur dengan menggunakan alat bantu tidur (mis., air hangat untuk mandi, minum susu sebelum tidur).
  • Memberikan informasi dasar dalam menentukan rencana perawatan
  • Lingkungan yang tenang dapat mengurangi gangguan tidur.
  • Mandi air hangat sebelum tidur dapat meningkatkan relaksasi. Sedangkan minum susu hangat mengandung L-triptofan (penginduksi tidur).

4. Implementasi

Dilakukan sesuai dengan intervensi dan kebutuhan klien.

5. Evaluasi

  • S: Pasien mengatakan dapat tidur dalam jangka waktu 20-30 menit, pada waktu tidur tidak sering terbangun, jika terbangun akan mudah tidur kembali, meningkatnya waktu tidur sesuai yang diharapkan, mengingat kembali mimpi yang dialaminya, menyatakan perasaannya tenang sesudah tidur, bebas dari kecemasan dan depresi, dapat bekerja dengan baik dan penuh konsentrasi, klien dan keluarga mampu menjelaskan faktor-faktor yang dapat meningkatkan tidur
  • O: klien tampak tenang saat di wawancarai setelah bangun tidur
  • A: masalah teratasi
  • P: intervensi dihentikan