Widget HTML #1

Asuhan Keperawatan Gangguan Eliminasi Fekal [Bowel]


Ada lima langkah yang harus anda pahami dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan eliminasi meliputi pengkajian, rumuskan diagnose keperawatan, intervensi dan implementasi dan evaluasi

A. PENGKAJIAN

Perawat dalam melakukan pengkajian harus menggerakkan semua indra dan tenaga untuk melakukan pengkajian secara cermat baik melalui wawancara, observasi, pemeriksaan fisik untuk menggali data yang akurat.

1. Riwayat Keperawatan
Tanyakan pada pasien tentang kebiasaan atau pola defekasi seperti frekuensi, waktunya, perilaku defekasi, seperti penggunaan laksatif, kapan berakhir BAB, karakteristik feses seperti: warna bau dan tekstur, diet yang biasa dimakan dan yang dihindari, cairan yang diminum baik jenis maupun jumlah, aktivitas yang dilakukan, penggunaan obat-obatan, stres yang berkepanjangan dan riwayat pembedahan dan penyakit.

2. Pemeriksaan Fisik
Periksalah pasien pada abdomen apakah terjadi distensi, simetris, gerakan peristaltik dan adanya massa pada perut, sedangkan pada rectum dan anus meliputi tanda-tanda inflamasi, perubahan warna, lesi fistula, hemoroid dan adanya massa.

3. Keadaan Feses
Lakukan identifikasi feses meliputi konsistensi, bentuk, bau, warna, jumlah dan unsur abnormal. Warna: bayi (kuning), dewasa (coklat). Bau : khas, tergantung dari tipe makanan. Konsistensi: padat, lunak. Frekuensi: tergantung individunya, biasanya bayi (4-6 kali sehari), bayi PASI (1-3 kali sehari), dewasa (1-3 kali per minggu). Jumlah: 150 gram sehari (dewasa). Ukuran: tergantung diameter rectum.

4. Pemeriksaan Laboratorium dan Diagnostic
Endoskopi, protoksigmoidodkopi merupakan prosedur pemeriksaan dengan memasukan alat ke dalam cerna bagian bawah untuk mengevaluasi kolon dan sekum terhadap peradangan, perdarahan dan diare.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Diagnosa Keperawatan ⇒ Konstipasi (aktual atau risiko)
  • Definisi: Seorang mengalami perubahan pola defekasi dengan karakteristik penurunan frekuensi buang air besar dan feses yang keras, kemungkinan penyebabnya (berhubungan dengan): immobilisasi, aktivitas menurun, ileus, stress, mobilisasi intestinal menurun dan pembatasan diet, kemungkinan klien mengalami, anemi, hipotiroidisme, dialysis ginjal, pembedaan, paralisis, cedera spinal cord.
  • Kemungkinan tanda-tanda yang ditemukan pada klien: bising usus menurun, mual, nyeri abdomen, massa pada abdomen kiri bawah, perubahan konsistensi feses, frekuensi BAB
  • Tujuan yang diharapkan: Pasien kembali ke pola normal dari fungsi bowel dan perubahan pola hidup untuk menurunkan faktor penyebab konstipasi, kriteria
  • Evaluasi: konsistensi feces lunak, pola defekasi normal, distensi abdomen tidak ada, flatus, defekasi nyaman.

Intervensi
  1. Monitor keadaan bladder setiap 2 jam dan kolaborasi dalam bladder training
    • Rsional: Tingkatkan kekuatan otot bladder
  2. Hindari faktor pencetus inkontinensia urine seperti cemas
    • Rasional: Mengurangi atau menghindari inkontinensia
  3. Kolaborasi dengan dokter dalam pengobatan dan kateterisasi 
    • Rasional: Menghindari faktor penyebab
  4. Berikan penjelasan tentang: pengobatan, kateter, penyebab dan tindakan lainnya
    • Rasional: Meningkatkan pengetahuan dan pasien lebih kooperatif

Implementasi
Implementasi atau tindakan keperawatan dilakukan sesuai dengan intervensi atau rencana yang telah disusun.

Kriteria evaluasi
Setelah membantu untuk klien lakukan evaluasi: Klien mampu mengontrol pengeluaran bladder setiap 4 jam, tanda dan gejala inkontinensia urine berkurang atau tidak ada.

Diagnosa Keperawatan ⇒ Retensi urine
  • Definisi: Kondisi di mana seseorang tidak mampu mengosongkan bladder secara tuntas.
  • Kemungkinan penyebab (berhubungan dengan): Obstruksi mekanik, pembesaran prostat, trauma, pembedahan, kehamilan.
  • Kemungkinan klien mengalami (data yang ditemukan): tidak tuntasnya pengeluaran urine, distensi bladder, hipertropi prostat, kanker, infeksi saluran kemih, pembesaran besar abdomen.

Intervensi
  1. Monitor keadaan bladder setiap 2 jam
    • Rasional: Menentukan masalah
  2. Ukur intake dan output cairan setiap 4 jam
    • Rasional: Memonitor keseimbangan cairan
  3. Berikan cairan 2.000 ml/hari dengan kolaborasi
    • Rasional: Menjaga defisit cairan
  4. Kurangi minum setelah jam 6 malam
    • Rasional: Mencegah nokturia
  5. Kaji dan monitor analisis urine elektrolit dan berat badan
    • Rasional: Membantu keseimbangan cairan dan membantu mengembalikan energi
  6. Lakukan latihan pergerakan dan lakukan relaksasi ketika duduk berkemih
    • Rasional: Menguatkan fungsi bladder dan menguatkan otot pelvis
  7. Kolaborasi dalam pemasangan kateter
    • Rasional: Mengeluarkan urine

Implementasi
Implementasi atau tindakan keperawatan dilakukan sesuai dengan intervensi atau rencana yang telah disusun.

Kriteria evaluasi
Setelah membantu untuk klien lakukan evaluasi: Klien mampu mengontrol pengeluaran bladder setiap 4 jam, tanda dan gejala retensi urine tidak ada.