Widget HTML #1

Konsep Kebutuhan Seksual Kebutuhan Dasar Manusia

Konsep Kebutuhan Seksual Kebutuhan Dasar Manusia

Definisi Kebutuhan Seksual

Kebutuhan seksual adalah kebutuhan dasar manusia berupa ekspresi perasaan dua orang individu secara pribadi yang saling menghargai, memperhatikan, dan menyayangi sehingga terjadi hubungan timbal balik (feed back) antara kedua individu tersebut.

Kata seks sering digunakan dalam dua cara. Paling umum seks digunakan untuk mengacu pada bagian fisik dari berhubungan, yaitu aktivitas seksual genital. Seksualitas di lain pihak adalah istilah yang lebih luas. Seksualitas diekspresikan melalui interaksi dan hubungan dengan individu dari jenis kelamin yang berbeda atau sama dan mencangkup pikiran, pengalaman, pelajaran, ideal, nilai, fantasi, dan emosi.

Perkembangan seks manusia berbeda dengan binatang dan bersifat kompleks. Jika pada binatang seks hanya untuk kepentingan mempertahankan generasi atau keturunan dan dilakukan pada musim tertentu dan berdasarkan dorongan insting. Pada manusia seksual berkaitan dengan biologis, fisiologis, psikologis, sosial dan norma yang berlaku. Hubungan seks manusia dapat dikatakan bersifat sakral dan mulia sehingga secara wajar hanya dibenarkan dalam ikatan pernikahan.

Selanjutnya mari kita pelajari tinjauan seksual dari beberapa aspek:
  • Aspek biologis → Aspek ini kita memandang seksual seperti pandangan anatomi dan fisiologis dari sistem reproduksi (seksual) kemampuan organ seks, dan adanya hormonal serta sistem saraf yang berfungsi atau berhubungan dengan kebutuhan seksual.
  • Aspek psikologis → Aspek ini merupakan pandangan terhadap identitas jenis kelamin sebuah perasaan dari diri terhadap kesadaran identitasnya serta memandang gambaran seksual atau bentuk konsep diri yang lain. Misalnya kalau perempuan, merasa tertarik dengan laki-laki, akan berhias mempercantik diri bila bertemu laki-laki, demikian pula sebaliknya.
  • Aspek sosial budaya → Merupakan pandangan budaya atau keyakinan yang berlaku di masyarakat terhadap keutuhan seksual serta perilakunya di masyarakat. Misalnya perempuan sebelumnya menikah harus perawan. Di pedesaan perempuan umur 20 tahun belum menikah dikatakan perawan tua atau tidak laku, dan sebagainya.

Perkembangan Seksual

a. Masa pranatal dan bayi
→ Masa ini komponen fisik atau biologis sudah mulai berkembang. berkembangnya organ seksual maupun merespons rangsangan, seperti adanya ereksi penis pada laki-laki dan adanya pelumas bagian pada wanita. Perilaku ini terjadi ketika mandi, bayi merasakan adanya perasaan senang (Sigmund Freud), tahap perkembangan psikoseksual pada masa ini adalah :
  1. Tahap oral, terjadi pada umur 0-1 tahun. Kepuasan, kesenangan, atau kenikmatan dapat dicapai dengan menghisap, menggigit, mengunyah, atau bersuara.
  2. Tahap anal, terjadi pada umur 1-3 tahun. Kepuasan pada saat ini terjadi pada saat pengeluaran feses. Anak mulai menujukan keakuanya, sikapnya sangat narsistik (cinta terhadap diri sendiri), dan egois, anak juga mulai mempelajari struktur tubuhnya.

b. Fase Kanak-kanak
→ Pada masa kanak-kanak perkembangan seksual bagi menjadi dua, yaitu:
  1. Tahap oedipal atau falik terjadi pada usia 3-5 tahun, rangsangan terjadi pada otoerotis yaitu meraba-raba bagian erogenya, mulai menyukai lawan jenis. Anak laki-laki cenderung suka pada ibunya daripada bapaknya dan sebaliknya pada anak perempuan serta mulai mengenal jenis kelamin yang dimilikinya serta mulai interaksi dengan figur orang tuanya.
  2. Tahap laten terjadi pada usia 5-13 tahun pada masa ini mulai memasuki masa pubertas dan berhadapan langsung pada tuntutan sosial

c. Masa pubertas
→ Masa ini sudah mencapai kematangan fisik dan aspek sosial, dan akan terjadi kematangan psikologis. Terjadi perubahan ditandai dengan adanya citra tubuh, perhatian yang sangat besar terhadap perubahan fungsi tubuh, pembelajaran tentang perilaku, kondisi sosial. Tahap genital terjadi pada umur 12 tahun tahap ini merupakan tahap suka pada lawan jenis sudah matang.

d. Masa dewasa muda dan pertengahan umur
→ Pada tahap ini perkembangan fisik sudah cukup dan ciri seks sekunder mencapai puncaknya yaitu pada usia 18-30 tahun pada masa ini terjadi perubahan hormonal pada wanita ditandai dengan penurunan estrogen, pengecilan payudara dan vagina penurunan cairan vagina selanjutnya akan terjadi penurunan reaksi ereksi, pada pria ditandai dengan penurunan ukuran penis dan semen.

Penyimpangan-Penyimpangan Seksual pada Orang Dewasa

Ada beberapa penyimpangan seksual yang sekarang menjadi trend, yang tentunya sangat mengganggu ketenangan kita bermasyarakat. Penyimpangan itu adalah:
  1. Pedofilia → Kepuasan seksual dapat dicapai pada objek anak-anak disebabkan kelainan mental. Anak-anak adalah tempat pemuas nafsu seks orang-orang ini. Kasus seperti ini pada era sekarang semakin meningkat, dan kita sebagai tenaga kesehatan harus bisa mencegah kejadian ini, karena merupakan kasus kelainan mental.
  2. Eksibisionisme → Pada keadaan ini, kepuasan seksual seseorang dicapai dengan mempertontonkan alat kelamin di depan umum. Keadaan ini pun merupakan kelainan mental yang harus dilakukan perawatan.
  3. Fetisisme → Kepuasan seksual dapat dicapai dengan menggunakan benda seks seperti sepatu hak tinggi, pakaian dalam, stoking atau lain-lain disebabkan karena eksperimen seksual dan bedah pergantian kelamin.
  4. Transvestisme → Kepuasan seksual dicapai dengan menggunakan pakaian lawan jenis dan melakukan peran seks yang berlawanan misalnya pria yang senang menggunakan pakaian dalam wanita.
  5. Transeksualisme → Bentuk penyimpangan seksualitas ditandai dengan perasaan tidak senang terhadap alat kelaminnya sendiri, adanya keinginan untuk berganti kelamin.
  6. Voyerisme atau skopofilia → Kepuasan seksual dicapai dengan melihat alat kelamin orang lain atau aktivitas seksual yang dilakukan orang lain
  7. Masokisme → Kepuasan seksual dicapai dengan kekerasan. Maksudnya dengan melakukan kekerasan terhadap pasangannyalah kepuasan seksual dapat tercapai.
  8. Sadisme → Kepuasan seksual dicapai dengan menyakiti objeknya, baik secara fisik ataupun psikologis. Kasus ini pernah dialami artis Manohara yang selalu disakiti oleh pasangannya setiap melakukan hubungan seksual.
  9. Homoseksual dan lesbianisme → Penyimpangan seksual ditandai dengan ketertarikan fisik maupun emosi kepada sesama jenis. Maksudnya laki-laki tertarik pada laki-laki juga, dan perempuan tertarik pada perempuan juga.
  10. Zofilia → Kepuasan seksual seseorang dicapai dengan objek binatang, bisa terjadi pada binatang seperti sapi, anjing, kuda, bahkan ayam.
  11. Sodomi → Kepuasan seksual dicapai bila berhubungan melalui anus. Hal ini sangat berbahaya bagi perempuan bisa terjadi perdarahan karena pecahnya pembuluh darah pada anus, dan bahaya pada laki-laki bisa terjadi infeksi karena anus adalah tempat tinja yang semua orang tahu banyak bakteri terdapat disana.
  12. Nekropilia → Kepuasan dengan menggunakan objek mayat. Kepuasan seksual dicapai bila berhubungan dengan mayat, tidak hanya mayat manusia tapi mayat binatang pun bisa dijadikan obyek pemuas seksual.
  13. Koprofilai → Kepuasan seksual diperoleh dengan menggunakan objek feses. Hal ini sungguh sangat tidak sehat dan bersih. Ini pun perlu asuhan yang khusus secara individual.
  14. Urolagnia → Kepuasan dicapai dengan urine yang diminum.
  15. Oral seks atau kuniligus → Kepuasan seks dicapai dengan menggunakan mulut pada alat kelamin wanita.
  16. Felaksio → Kepuasan seks dicapai dengan menggunakan mulut pada alat kelamin laki-laki.
  17. Fotorisme atau priksionisme → Kepuasan seksual dicapai dengan menggosokkan penis pada pantat wanita atau badan yang berpakaian di tempat yang penuh manusia atau tempat-tempat keramaian.
  18. Gronto → Kepuasan seksual dicapai dengan berhubungan dengan lansia.
  19. Frottage → Kepuasan seksual dicapai dengan orang yang disenangi tanpa diketahui lawan jenis.
  20. Pornografi → Gambar atau tulisan yang dibuat secara khusus untuk memberikan rangsangan seksual.

3. Bentuk Abnormalitas Seksual Akibat Dorongan Seksual Abnormal

  • Prostitusi penyimpangan dengan pola dorong seks yang tidak wajar dalam kepribadianya seks bersifat impersonal.
  • Perzinahan bentuk seksualitas antara laki-laki dan wanita yang bukan suami istri.
  • Frigiditas yaitu ketidakmampuan wanita mengalami hasrat seksual atau orgasme pada saat bersenggama.
  • Impotensi yaitu ketidakmampuan pria untuk relaksasi seks.
  • Ejakulasi prematur terjadinya pembuangan sperma yang terlalu dini.
  • Vaginismus terjadinya kejang yang berupa penegangan atau pengerasan sehingga penis terjepit dan tidak biasa keluar.
  • Dispareunia yaitu kesulitan dalam melakukan senggama atau sakit pada koitus.
  • Anorgasme yaitu kegagalan dalam mencapai klimaks selama bersenggama.
  • Kesukaran koitus pertama keadaan dimana terjadi kesulitan dalam koitus pertama disebabkan karena kurangnya pengetahuan seks.

4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Seksual

  • Tidak adanya panutan (role mode).
  • Gangguan struktural dan fungsi tubuh, seperti adanya teruma, obat, kehamilan atau abnormalitas anatomi genetalia.
  • Kurang pengetahuan atau informasi yang salah mengenai masalah seksual.
  • Penganiayaan secara fisik.
  • Adanya penyimpangan psikoseksual. 
  • Konflik terhadap nilai.
  • Kehilangan pasangan karena perpisahan atau kematian.

Berikut ini pedoman wawancara yang baik dalam mengumpulkan data yang berkaitan
dengan aspek psikoseksual:
  1. Menggunakan pendekatan yang jujur dan berdasarkan fakta yang menyadari bahwa klien sedang mempunyai pertanyaan atau masalah seksual.
  2. Mempertahankan kontak mata dan duduk dekat klien.
  3. Memberikan waktu yang memadai untuk membahas masalah seksual,jangan terburu-buru.
  4. Menggunakan pertanyaan yang terbuka, umum dan luas untuk mendapatkan informasi mengenai pengetahuan, persepsi dan dampak penyakit berkaitan dengan seksualitas.
  5. Jangan mendesak klien untuk membicarakan mengenai seksualitas, biarkan terbuka untuk dibicarakan pada waktu yang akan datang.
  6. Masalah citra diri, kegiatan hidup sehari-hari dan fungsi sebelum sakit dapat dipakai untuk mulai membahas masalah seksual.
  7. Amati klien selama interaksi, dapat memberikan informasi tentang masalah apa yang dibahas, begitu pula masalah apa yang dihindari klien.
  8. Minta klien untuk mengklarifikasi komunikasi verbal dan non verbal yang belum jelas.
  9. Berinisiatif untuk membahas masalah seksual berarti menghargai klien sebagai makhluk seksual, memungkinkan timbulnya pertanyaan tentang masalah seksual.

Lebih lanjut perlu dikaji berbagai mekanisme koping yang mungkin digunakan klien untuk mengekspresikan masalah seksualnya, antara lain:
  1. Fantasi, mungkin digunakan untuk meningkatkan kepuasan seksual dengan berhayal berhubungan dengan artis favorit misalnya.
  2. Denial, mungkin digunakan untuk tidak mengakui adanya konflik atau ketidakpuasan seksual.
  3. Rasionalisasi, mungkin digunakan untuk memperoleh pembenaran atau penerimaan tentang motif, perilaku, perasaan dan dorongan seksual.
  4. Menarik Diri, mungkin dilakukan untuk mengatasi perasaan lemah, perasaan ambivalensi terhadap hubungan intim yang belum terselesaikan secara tuntas.

Masalah yang Berkaitan Seksualitas

  1. Diabetes melitus
    • Laki-laki kesulitan ereksi karena neuropati diabetik atau mikroagiopatik.
    • Wanita penurunan hasrat lubrikasi vagina.
    • Tindakan keperawatan → Dorongan kontrol metabolisme yang tepat, anjurkan penggunaan jeli pelumas larut air (pada wanita).
  2. Arthritis yaitu terjadinya kram, kaku, lelah dan terjadinya libido akibat obat steroid. Tindakan keperawatan:
    • Jelaskan bahwa arthritis tidak berpengaruh pada aspek psikologi dan fungsi seksual.
    • Sarankan pasangan melakukan hubungan pada saat obat mencapai reaksi, tingkatkan reaksi sendi dengan mandi atau kompres hangat dan lakukan latihan rentang gerak.
    • Ajarkan bahwa libido atau hasrat akibat efek samping penggunaan obat.
  3. Hipertropi prostat benigne (BPH) terjadi ejakulasi retrogat karena kerusakan spingter kandung kemih internal. Tindakan keperawatan:
    • Jelaskan bahwa orgasme akan tetap terjadi terapi ejakulasi akan menurun atau tidak ada dan urin akan keruh.
  4. Penyakit kardiovaskular terjadinya kecemasan, takut tentang penampilan, takut nyeri dada, kematian dan penaruhan hasrat rangsangan kepuasan pasangan untuk menghentikan aktivitas seksual. Tindakan keperawatan:
    • Jelaskan bahwa infark tidak mempunyai efek langsung pada psikologi fungsi seksual anjurkan aktivitas seksual biasanya yang paling aman 5-8 minggu pasca infark, hindari aktivitas seksual setelah makan banyak, minum alkohol dan jelaskan berbagai obat yang dapat menunjukkan disfungsi seksual.
    • Dalam melakukan hubungan seksual gunakan posisi yang tidak banyak membutuhkan energi dengan posisi terlentang, miring atau duduk di atas kursi dengan pasangan di atas.