Widget HTML #1

Konsep Dasar Penyakit Infeksi

Penjelasan tentang penyakit infeksi
Bakteri Ecoli - pixabay.com

Seperti kita ketahui bersama, berdasarkan sumber infeksi, maka infeksi dapat berasal dari:
  • Masyarakat/komunitas (Community Acquired Infection)
  • Rumah sakit (Healthcare Associated Infections/HAIs)

Penyakit infeksi yang didapat di rumah sakit beberapa waktu yang lalu disebut sebagai Infeksi Nosokomial (Hospital Acquired Infection). Saat ini penyebutan diubah menjadi Infeksi Terkait Layanan Kesehatan atau “HAIs” (Healthcare-Associated Infections) dengan pengertian yang lebih luas, yaitu kejadian infeksi tidak hanya berasal dari rumah sakit, tetapi juga dapat dari fasilitas pelayanan kesehatan lainnya. Tidak terbatas infeksi kepada pasien namun dapat juga kepada petugas kesehatan dan pengunjung yang tertular pada saat berada di dalam lingkungan fasilitas pelayanan kesehatan (PMK nomor 27 tahun 2017)

Agar upaya pencegahan dan pengendalian infeksi di fasilitas kesehatan dapat terlaksana sesuai rencana, sebaiknya semua petugas kesehatan memahami konsep dasar penyakit infeksi, dengan tujuan untuk memastikan adanya infeksi terkait layanan kesehatan (Healthcare-Associated Infections/HAIs) serta menyusun strategi pencegahan dan pengendalian infeksi terkait pelayanan, rantai penularan infeksi, jenis HAIs dan faktor risikonya.

A. Konsep Dasar Penyakit Infeksi

1. Pengertian Penyakit Infeksi

Infeksi merupakan suatu keadaan yang disebabkan oleh mikroorganisme patogen, dengan/tanpa disertai gejala klinik. Infeksi Terkait Pelayanan Kesehatan (Health Care Associated Infections) yang selanjutnya disingkat HAIs merupakan infeksi yang terjadi pada pasien selama perawatan di rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya dimana ketika masuk tidak ada infeksi dan tidak dalam masa inkubasi, termasuk infeksi dalam rumah sakit tapi muncul setelah pasien pulang, juga infeksi karena pekerjaan pada petugas rumah sakit dan tenaga kesehatan terkait proses pelayanan kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan.

Infeksi nosokomial disebut juga dengan “Hospital acquired infections (HAIs) ” apabila memenuhi batasan/kriteria sebagai berikut:
  • Waktu mulai dirawat tidak didapat tanda-tanda klinik infeksi dan tidak sedang dalam masa inkubasi infeksi tersebut.
  • Merupakan infeksi yang terjadi di rumah sakit atau fasilitas pelayanan kesehatan lainnya, setelah dirawat 3 x 24 jam. Sebelum dirawat, pasien tidak memiliki gejala tersebut dan tidak dalam masa inkubasi. Infeksi nosokomial bukan merupakan dampak dari infeksi penyakit yang telah dideritanya (Depkes, 2003)
  • Pasien, petugas kesehatan, pengunjung dan penunggu pasien merupakan kelompok yang paling berisiko terjadinya HAIs, karena infeksi ini dapat menular dari pasien ke petugas kesehatan, dari pasien ke pengunjung atau keluarga ataupun dari petugas ke pasien (Husain, 2008)
  • HAIs adalah suatu infeksi yang tidak terinkubasi dan terjadi ketika pasien masuk ke rumah sakit atau akibat dari fasilitas kesehatan lainnya yang ada di rumah sakit(Vincent, 2003).
  • HAIs adalah suatu infeksi yang terjadi di fasilitas pelayanan kesehatan yang berasal dari alat-alat medis, prosedur medis atau pemberian terapi (Breathnach (2005)

2. Etiologi Penyakit Infeksi

Mikroorganisme penyebab infeksi nosokomial (WHO, 2002):
  • Conventional pathogens → Penyebab penyakit pada orang sehat, karena tidak adanya kekebalan terhadap kuman tersebut, misalnya Staphylococcus aureus, streptococcus, salmonella, shigella, virus influenza, virus hepatitis.
  • Conditional pathogens → Penyebab penyakit pada orang dengan penurunan daya tahan tubuh terhadap kuman langsung masuk dalam jaringan tubuh yang tidak steril, misalnya pseudomonas, proteus, klebsiella, serratia, dan enterobacter.
  • Opportunistic pathogens → Penyebab penyakit menyeluruh pada penderita dengan daya tahan tubuh sangat menurun, misalnya mycobacteria, nocardia, pneumocytis.

3. Patogenesis dan Patofisiologi

Infeksi akan dimulai dari tempat masuknya mikroorganisme dan akan menimbulkan infeksi setempat (lokal) dan menimbulkan gejala klinis yang terbatas. Sebagai contoh luka operasi di perut yang mengalami infeksi, daerah sekitar akan menjadi merah, panas, dan nyeri.

Infeksi umum akan terjadi jika organisme memasuki aliran darah dan akan menimbulkan gejala klinis sistemik berupa demam, menggigil, penurunan tekanan darah, atau gangguan mental. Keadaan ini dapat berkembang menjadi sepsis, suatu keadaan yang berbahaya, karena menyerang berbagai organ dengan cepat dan bersifat progresif. Keadaan ini kadang-kadang disebut “keracunan darah” yang dapat menyebabkan kematian penderita.

Infeksi nosokomial rumah sakit dapat terjadi akibat tindakan pembedahan, penggunaan kateter pada saluran kemih, hidung, mulut atau yang dimasukkan ke dalam pembuluh darah. Selain itu benda-benda yang berasal dari hidung atau mulut yang terhirup masuk ke dalam paru-paru.

Penularan oleh populasi kuman rumah sakit terhadap seseorang pasien yang memang sudah lemah fisiknya tidak dapat dihindarkan. Lingkungan rumah sakit harus diusahakan agar sebersih mungkin, dan sesteril mungkin. Hal tersebut tidak selalu bisa sepenuhnya terlaksana, karenanya tak mungkin infeksi nosokomial ini bisa diberantas secara total (Yohanes,2010).

4. Diagnosis Infeksi Nosokomial Fasilitas Pelayanan Kesehatan

Jika diduga telah terjadi infeksi, penderita rawat inap akan mengalami demam yang tidak diketahui penyebabnya. Pada orang lanjut usia, demam bisa tidak terjadi. Adanya napas yang cepat dan gangguan mental (bingung) merupakan gejala awal infeksi.

Diagnosis infeksi nosokomial fasilitas pelayanan kesehatan dapat ditentukan dengan:
  • Mengevaluasi gejala dan tanda infeksi
  • Memeriksa luka dan tempat masuk kateter untuk melihat adanya warna kemerahan, pembengkakan, adanya nanah atau abses.
  • Melakukan pemeriksaan fisik yang lengkap untuk mengetahui apakah ada penyakit tersamar (underliying disease)
  • Pemeriksaan laboratorium, antara lain pemeriksaan darah lengkap, urinalisis, biakan kuman dari luka, darah, dahak, urine atau cairan tubuh untuk menemukan organisme penyebabnya.
  • Pemeriksaan sinar-X dada jika diduga terjadi pneumonia
  • Melakukan pemeriksaan ulang atas semua tata laksana dan tindakan yag sudah dilakukan.

5. Jenis dan Faktor Risiko Infeksi Terkait Layanan Kesehatan “ Healthcare associaterd infections
(HAIs)

Semua penderita rawat inap di rumah sakit berisiko untuk mendapatkan infeksi dari pengobatan atau tindakan operatif yang diterimanya.

a. Jenis HAIs yang paling sering terjadi di fasilitas pelayanan kesehatan, terutama rumah sakit
mencakup:
  1. Ventilator associated pneumonia (VAP)
  2. Infeksi aliran darah (IAD)
  3. Infeksi saluran kemih (ISK)
  4. Infeksi Daerah Operasi (IDO)
b. Faktor Risiko HAIs:
  1. Umur: neonatus dan lansia lebih rentan.
  2. Status imun yang rendah/terganggu (immuno-compromised): penderita dengan penyakit kronik, penderita tumor ganas, pengguna obat-obat imunosupresan.
  3. Gangguan/Interupsi barier anatomis:
    • Kateter urine: meningkatkan infeksi saluran kemih (ISK)
    • Prosedur operasi: dapat menyebabkan infeksi daerah operasi (IDO) “Surgical Site Infection” (SSI)
    • Intubasi dan pemakaian ventilator: meningkatkan kejadian “Ventilator associated Pneumonia” (VAP)
    • Kanula vena dan arteri: Plebitis
    • Luka bakar dan trauma
  4. Implantasi benda asing
    • Pemakaian implant pada operasi tulang, kontrasepsi, alat pacu jantung
    • “cerebrospinal fluid shunts”
    • “valvular / vascular prostheses”
  5. Perubahan mikroflora normal: pemakaian antibiotika yang tidak bijak dapat menyebabkan pertumbuhan jamur berlebihan dan timbulnya bakteri resisten terhadap berbagai antimikroba.

B. Rantai Infeksi (Chain of infection)

Pengetahuan tentang rantai penularan infeksi sangat penting karena apabila satu mata rantai dihilangkan atau dirusak, maka infeksi dapat dicegah atau dihentikan.

Rantai Infeksi merupakan rangkaian yang harus ada untuk menimbulkan infeksi. Dalam melakukan tindakan pencegahan dan pengendalian infeksi dengan efektif, perlu dipahami secara cermat rantai infeksi.

1. Enam Komponen Rantai Penularan Infeksi

a. Agen infeksi (infectious agent)

Adalah mikroorganisme penyebab infeksi. Pada manusia, agen infeksi dapat berupa bakteri, virus, ricketsia, jamur dan parasit.

Ada tiga faktor pada agen penyebab yang mempengaruhi terjadinya infeksi yaitu: patogenitas, virulensi dan jumlah (dosis, atau “load”). Makin cepat diketahui agen infeksi dengan pemeriksaan klinis atau laboratorium mikrobiologi, semakin cepat pula upaya pencegahan dan penanggulangannya
bisa dilaksanakan.

b. Reservoir 

Adalah wadah tempat/sumber agen infeksi dapat hidup, tumbuh, berkembang-biak dan siap ditularkan kepada pejamu atau manusia. Berdasarkan penelitian, reservoir terbanyak adalah pada manusia, alat medis, binatang, tumbuh-tumbuhan, tanah, air, lingkungan dan bahan-bahan organik lainnya. Dapat juga ditemui pada orang sehat, permukaan kulit, selaput lendir mulut, saluran napas atas, usus dan vagina juga merupakan reservoir.

Adanya mikroorganisme tidak selalu menyebabkan seseorang menjadi sakit. Carrier (penular) adalah manusia atau binatang yang tidak menunjukkan gejala penyakit tetapi ada mikroorganisme patogen dalam tubuh mereka yang dapat ditularkan ke orang lain. Misalnya, seseorang dapat menjadi carrier virus hepatitis B tanpa ada tanda dan gejala infeksi.

Untuk berkembang biak dengan cepat, organisme memerlukan lingkungan yang sesuai, termasuk
makanan, oksigen, air, suhu yang tepat, pH, dan cahaya (Perry & Potter, 2005).

c. Tempat Keluar (Port of Exit)

Adalah lokasi tempat agen infeksi (mikroorganisme) meninggalkan reservoir melalui saluran napas, saluran cerna, saluran kemih serta transplasenta. Setelah mikroorganisme menemukan tempat untuk tumbuh dan berkembang biak, mereka harus menemukan jalan ke luar jika mereka masuk ke pejamu lain dan menyebabkan penyakit.

d. Cara Penularan (Mode of Transmission)

Adalah metode transport mikroorganisme dari wadah/reservoir ke pejamu yang rentan. Ada beberapa metode penularan yaitu:
  1. Kontak: langsung dan tidak langsung
  2. Droplet
  3. Airborne
  4. Melalui vehikulum (makanan, air/minuman, darah)
  5. Melalui vektor (biasanya serangga dan binatang pengerat).
Secara langsung misalnya; darah/cairan tubuh, dan hubungan kelamin, dan secara tidak langsung melalui manusia, binatang, benda-benda mati, dan udara.

e. Portal Masuk (Port of Entry)

Adalah lokasi agen infeksi memasuki pejamu yang rentan dapat melalui saluran napas, saluran cerna, saluran kemih dan kelamin atau melalui kulit yang tidak utuh.

Sebelum infeksi, mikroorganisme harus memasuki tubuh. Kulit adalah bagian rentan terhadap infeksi dan adanya luka pada kulit merupakan tempat masuk mikroorganisme. Mikroorganisme dapat masuk melalui rute yang sama untuk keluarnya mikroorganisme.

f. Penjamu Rentan (Host Susceptibility)

Adalah seseorang dengan kekebalan tubuh menurun sehingga tidak mampu melawan agen infeksi. Faktor yang dapat mempengaruhi kekebalan adalah umur, status gizi, status imunisasi, penyakit kronis, luka bakar yang luas, trauma, pasca pembedahan dan pengobatan dengan imunosupresan.

Seseorang terkena infeksi bergantung pada kerentanan terhadap agen infeksius. Kerentanan tergantung pada derajat ketahanan individu terhadap mikroorganisme patogen. Semakin virulen suatu mikroorganisme, semakin besar kemungkinan kerentanan seseorang.

Resistensi seseorang terhadap agen infeksius ditingkatkan dengan vaksin. Faktor lain yang berpengaruh adalah jenis kelamin, ras atau etnik tertentu, status ekonomi, pola hidup, pekerjaan dan herediter.

2. Cara Penularan Infeksi (Uliyah dkk, 2006; Yohanes, 2010)

a. Penularan Secara Kontak

Penularan dapat terjadi secara kontak langsung, kontak tidak langsung dan droplet. Kontak langsung terjadi bila sumber infeksi berhubungan langsung dengan penjamu, misalnya person to person pada penularan infeksi hepatitis A virus secara fekal oral.

Kontak tidak langsung terjadi apabila penularan membutuhkan objek perantara (biasanya benda mati). Hal ini terjadi karena benda mati tersebut telah terkontaminasi oleh sumber infeksi, misalnya kontaminasi peralatan medis oleh mikroorganisme.

b. Penularan Melalui Common Vehicle

Penularan ini melalui benda mati yang telah terkontaminasi oleh kuman dan dapat menyebabkan penyakit pada lebih dari satu pejamu. Adapun jenis-jenis common vehicle adalah darah/produk darah, cairan intravena, obat-obatan, cairan antiseptik, dan sebagainya.

c. Penularan Melalui Udara dan Inhalasi

Penularan terjadi, karena mikroorganisme mempunyai ukuran yang sangat kecil sehingga dapat mengenai penjamu dalam jarak yang cukup jauh dan melalui saluran pernafasan. Misalnya mikroorganisme yang terdapat dalam sel-sel kulit yang terlepas akan membentuk debu yang dapat menyebar jauh (Staphylococcus) dan tuberkulosis.

d. Penularan dengan Perantara Vektor

Penularan ini dapat terjadi secara eksternal maupun internal. Disebut penularan secara eksternal bila hanya terjadi pemindahan secara mekanis dari mikroorganisme yang menempel pada tubuh vektor, misalnya shigella dan salmonella oleh lalat.

Penularan secara internal bila mikroorganisme masuk kedalam tubuh vektor dan dapat terjadi perubahan biologik, misalnya parasit malaria dalam nyamuk atau tidak mengalami perubahan biologik, misalnya Yersenia pestis pada ginjal (flea).

e. Penularan Melalui Makanan dan Minuman

Penyebaran mikroba patogen dapat melalui makanan atau minuman yang disajikan untuk penderita. Mikroba patogen dapat ikut menyertainya sehingga menimbulkan gejala baik ringan maupun berat.

C. Manifestasi Klinis

Demam sering merupakan tanda pertama infeksi. Gejala dan tanda dari adanya infeksi adalah:
  1. Demam
  2. Nafas cepat
  3. Kebingungan mental
  4. Tekanan darah rendah
  5. Urine out-put menurun
  6. Sel darah putih tinggi
  7. Pasien dengan urinary tract infection (infeksi saluran kemih), mungkin ada rasa sakit ketika kencing dan darah dalam air seni.
  8. Radang paru-paru (pneumoni), mungkin termasuk kesulitan bernafas dan ketidakmampuan untuk batuk.
  9. Infeksi lokal: terjadi pembengkakan, kemerahan, dan kesakitan pada kulit atau luka sekitar bedah atau luka, yang dapat menimbulkan kerusakan jaringan di bagian bawah otot, atau bisa juga menyebabkan sepsis.

D. Dampak Infeksi Nosokomial/HAIs

Infeksi nosokomial/HAIs memberikan dampak sebagai berikut:
  1. Menyebabkan cacat fungsional, stress emosional dan dapat menyebabkan cacat yang permanen serta kematian.
  2. Dampak tertinggi pada negara berkembang dengan prevalensi HIV/AIDS yang tinggi.
  3. Meningkatkan biaya kesehatan di berbagai negara yang tidak mampu dengan meningkatkan lama perawatan di rumah sakit, pengobatan dengan obat-obat mahal dan penggunaan pelayanan lainnya, serta tuntutan hukum.