Widget HTML #1

Asuhan Keperawatan (Askep) Kanker Nasopharing


BLOGPERAWAT.NET - Pernahkah Anda mendengar kata Kanker sebelumnya, dibawah ini adalah salah satu pengertian penyakit pada saluran pernafasan yaitu Kanker nasopharing, sekarang Anda perhatikan dan pelajari materi dibawah ini.

1. Pengertian Kanker Nasopharing

Secara anatomi tumor nasopharing Karsinoma Nasofaring adalah tumor ganas yang
berasal dari epitel mukosa nasofaring atau kelenjar yang terdapat di nasofaring. Carsinoma
Nasofaring merupakan karsinoma yang paling banyak terjadi pada sistem Telinga Hidung
Tenggorokan(THT).

2. Klasifikasi Kanker Nasopharing

  • Tipe WHO 1: Karsinoma sel skuamosa (KSS), Deferensiasi baik sampai sedang, Sering eksofilik (tumbuh dipermukaan).
  • Tipe WHO 2: Karsinoma non keratinisasi (KNK), Paling banyak pariasinya, Menyerupai karsinoma transisional
  • Tipe WHO 3 : Karsinoma tanpa diferensiasi (KTD), Seperti antara lain limfoepitelioma, Karsinoma anaplastik, “Clear Cell Carsinoma”, varian sel spindel, Lebih radiosensitif, prognosis lebih baik.

3. Gambaran Klinik Kanker Nasopharing

  • Pilek dari satu atau kedua lubang hidung yang terus-menerus/kronik
  • Lendir dapat bercampur darah atau nanah yang berbau
  • Epistaksis dapat sedikit atau banyak dan berulang
  • Dapat juga hanya berupa riak campur darah
  • Obstruksi nasi unilateral atau bilateral bila tumor tumbuh secara eksofilik
  • Kurang pendengaran,Tinitus, OMP.

4. Manegemen Medis Kanker Nasopharing

  • Pemeriksaan Rinoskopia anterior → Pada tumor endofilik tak jelas kelainan di rongga hidung, mungkin hanya banyak sekret. Pada tumor eksofilik, tampak tumor di bagian belakang rongga hidung, tertutup sekret mukopurulen, fenomena palatum mole negatif.
  • Rinoskopia posterior → Pada tumor indofilik tak terlihat masa, mukosa nasofaring tampak agak menonjol, tak rata dan paskularisasi meningkat. Pada tumor eksofilik tampak masa kemerahan.
  • Faringoskopi dan laringoskopi → Kadang faring menyempit karena penebalan jaringan retrofaring; reflek muntah dapat menghilang.
  • X – foto → tengkorak lateral, dasar tengkorak, CT Scan
  • Biopsi → Biopsi sedapat mungkin diarahkan pada tumor/daerah yang dicurigai. Dilakukan dengan anestesi lokal. Biopsi minimal dilakukan pada dua tempat (kiri dan kanan), melalui rinoskopi anterior, bila perlu dengan bantuan cermin melalui rinoskopi posterior. Bila perlu Biopsi dapat diulang sampai tiga kali.
  • Penatalaksanaan:
    • Terapi utama →  Radiasi/Radioterapi ditekankan pada penggunaan megavoltage dan pengaturan dengan komputer (4000 – 6000 R)
    • Terapi tambahan → diseksi leher, pemberian tetrasiklin, faktor transfer, inferferon,
    • Sitostatika/Kemoterapi, seroterapi, vaksin dan anti virus, Semua pengobatan tambahan ini masih dalam pengembangan, sedangkan kemoterapi masih tetap terbaik sebagai terapi tambahan

5. Managemen Keperawatan Kanker Nasopharing

a. Pengkajian

  • Aktivitas/istirahat: Kelemahan dan/atau kelelahan. Perubahan pada pola istirahat /jam tidur karena keringat berlebih, nyeri atau ansietas.
  • Integritas Ego: Faktor stress (perubahan peran atau keuangan)., Cara mengatasi stress (keyakinan/religius). Perubahan penampilan.
  • Makanan/cairan: Kebiasaan diet buruk (Bahan Pengawet)
  • Neurosensori: Pusing atau sinkope
  • Pernafasan: Pemajanan bahan aditif
  • Interaksi sosial: Kelemahan sistem pendukung
  • Pembelajaran: Riwayat kanker pada keluarga

b. Diagnose Keperawatan dan Rencana Intervensi

1) Gangguan pola tidur berhubungan dengan rasa nyeri pada kepala.

Tujuan: Gangguan pola tidur pasien akan teratasi

Kriteria hasil:
  • Pasien mudah tidur dalam waktu 30-40 menit
  • Pasien tenang dan wajah segar
  • Pasien mengungkapkan dapat beristirahat dengan cukup.
Rencana tindakan:
  • Ciptakan lingkungan yang nyaman dan tenang, Rasional: Lingkungan yang nyaman dapat membantu meningkatkan tidur/istirahat.
  • Kaji tentang kebiasaan tidur pasien di rumah, Rasional: Mengetahui perubahan dari hal-hal yang merupakan kebiasaan pasien ketika tidur akan mempengaruhi pola tidur pasien.
  • Kaji adanya faktor penyebab gangguan pola tidur yang lain seperti cemas, efek obat-obatan dan suasana ramai, Rasional: Mengetahui faktor penyebab gangguan pola tidur yang lain dialami dan dirasakan pasien.
  • Anjurkan pasien untuk menggunakan pengantar tidur dan teknik relaksasi, Rasional: Pengantar tidur akan memudahkan pasien dalam jatuh dalam tidur, teknik relaksasi akan mengurangi ketegangan dan rasa nyeri.
  • Kaji tanda-tanda kurangnya pemenuhan kebutuhan tidur pasien. Rasional: Untuk mengetahui terpenuhi atau tidaknya kebutuhan tidur pasien akibat gangguan pola tidur sehingga dapat diambil tindakan yang tepat.
2) Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakitnya

Tujuan: Rasa cemas berkurang/hilang.

Kriteria hasil:
  • Pasien dapat mengidentifikasikan sebab kecemasan
  • Emosi stabil, pasien tenang
  • Istirahat cukup.
Rencana tindakan:
  • Kaji tingkat kecemasan yang dialami oleh pasien. Rasional: Untuk menentukan tingkat kecemasan yang dialami pasien sehingga perawat bisa memberikan intervensi yang cepat dan tepat.
  • Beri kesempatan pada pasien untuk mengungkapkan rasa cemasnya. Rasional: Dapat meringankan beban pikiran pasien.
  • Gunakan komunikasi terapeutik. Rasional: Agar terbina rasa saling percaya antar perawat-pasien sehingga pasien kooperatif dalam tindakan keperawatan.
  • Beri informasi yang akurat tentang proses penyakit dan anjurkan pasien untuk ikut serta dalam tindakan keperawatan. Rasional: Informasi yang akurat tentang penyakitnya dan keikutsertaan pasien dalam melakukan tindakan dapat mengurangi beban pikiran pasien.
  • Berikan keyakinan pada pasien bahwa perawat, dokter, dan tim kesehatan lain selalu berusaha memberikan pertolongan yang terbaik dan seoptimal mungkin. Rasional: Sikap positif dari tim kesehatan akan membantu menurunkan kecemasan yang dirasakan pasien.
  • Berikan kesempatan pada keluarga untuk mendampingi pasien secara bergantian. Rasional: Pasien akan merasa lebih tenang bila ada anggota keluarga yang menunggu.
  • Ciptakan lingkungan yang tenang dan nyaman. Rasional: Lingkung yang tenang dan nyaman dapat membantu mengurangi rasa cemas pasien.
3) Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit, diet, perawatan dan pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi.

Tujuan: Pasien memperoleh informasi yang jelas dan benar tentang penyakitnya.

Kriteria hasil:
  • Pasien mengetahui tentang proses penyakit, diet, perawatan dan pengobatannya dan dapat menjelaskan kembali bila ditanya.
  • Pasien dapat melakukan perawatan diri sendiri berdasarkan pengetahuan yang diperoleh.
Rencana tindakan:
  • Kaji tingkat pengetahuan pasien/keluarga tentang penyakit DM dan Ca. Nasofaring. Rasional: Untuk memberikan informasi pada pasien/ keluarga, perawat perlu mengetahui sejauh mana informasi atau pengetahuan yang diketahui pasien/keluarga.
  • Kaji latar belakang pendidikan pasien. Rasional: Agar perawat dapat memberikan penjelasan dengan menggunakan kata-kata dan kalimat yang dapat dimengerti pasien sesuai tingkat pendidikan pasien.
  • Jelaskan tentang proses penyakit, diet, perawatan dan pengobatan pada pasien dengan bahasa dan kata-kata yang mudah dimengerti. Rasional: Agar informasi dapat diterima dengan mudah dan tepat sehingga tidak menimbulkan kesalahpahaman.
  • Jelaskan prosedur yang kan dilakukan, manfaatnya bagi pasien dan libatkan pasien didalamnya. Rasional: Dengan penjelasan yang ada dan ikut secara langsung dalam tindakan yang dilakukan, pasien akan lebih kooperatif dan cemasnya berkurang.
  • Gunakan gambar-gambar dalam memberikan penjelasan (jika ada/memungkinkan). Rasional: Gambar-gambar dapat membantu mengingat penjelasan yang telah diberikan.
4) Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake makanan yang kurang

Tujuan: Kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi

Kriteria hasil:
  • Berat badan dan tinggi badan ideal
  • Pasien mematuhi dietnya
  • Kadar gula darah dalam batas normal
  • Tidak ada tanda-tanda hiperglikemia/hipoglikemia.
Rencana Tindakan:
  • Kaji status nutrisi dan kebiasaan makan. Rasional: Untuk mengetahui tentang keadaan dan kebutuhan nutrisi pasien sehingga dapat diberikan tindakan dan pengaturan diet yang adekuat.
  • Anjurkan pasien untuk mematuhi diet yang telah diprogramkan. Rasional: Kepatuhan terhadap diet dapat mencegah komplikasi terjadinya hipoglikemia/hiperglikemia.
  • Timbang berat badan setiap seminggu sekali. Rasional: Mengetahui perkembangan berat badan pasien (berat badan merupakan salah satu indikasi untuk menentukan diet).
  • Identifikasi perubahan pola makan. Rasional: Mengetahui apakah pasien telah melaksanakan program diet yang ditetapkan.
  • Kerja sama dengan tim kesehatan lain untuk pemberian insulin dan diet diabetik. Rasional: Pemberian insulin akan meningkatkan pemasukan glukosa ke dalam jaringan sehingga gula darah menurun,pemberian diet yang sesuai dapat mempercepat penurunan gula darah dan mencegah komplikasi.