Widget HTML #1

Asuhan Keperawatan (Askep) Kanker Paru


BLOGPERAWAT.NET - Pernahkah Anda mendengar kata kanker sebelumnya? Di bawah ini adalah pembahasan mengenai penyakit pada saluran pernafasan yaitu kanker paru, sekarang Anda perhatikan dan pelajari materi di bawah ini.

1. Pengertian Kanker Paru

Berikut ini adalah pengertian kanker paru menurut para ahli:
  • Kanker paru merupakan keganasan pada jaringan paru (Price, Patofisiologi, 1995)
  • Kanker paru merupakan abnormalitas dari sel-sel yang mengalami proliferasi dalam paru (Underwood, Patologi, 2000).
  • Kanker paru-paru adalah pertumbuhan sel kanker yang tidak terkendali dalam jaringan paru-paru dapat disebabkan oleh sejumlah karsinogen, lingkungan, terutama asap rokok.( Suryo, 2010)

2. Etiologi Kanker Paru

a. Merokok

Asap tembakau mengandung lebih dari 4,000 senyawa-senyawa kimia, banyak darinya telah ditunjukkan menyebabkan kanker, atau karsinogen. Dua karsinogenik-karsinogenik utama didalam asap tembakau adalah kimia-kimia yang dikenal sebagai nitrosamines dan polycyclic aromatic hydrocarbons.

b. Merokok Pasif

Pekerja-pekerja asbes yang tidak merokok mempunyai suatu risiko sebesar lima kali mengembangkan kanker paru daripada bukan perokok, dan pekerja-pekerja asbes yang merokok mempunyai suatu risiko sebesar 50 sampai 90 kali lebih besar daripada bukan perokok.

c. Radon Gas

Radon gas adalah suatu gas mulia secara kimia dan alami yang adalah suatu pemecahan produk uranium alami (Produk radio aktif). Ia pecah/hancur membentuk produk-produk yang mengemisi suatu tipe radiasi yang mengionisasi. Radon gas adalah suatu penyebab kanker paru yang dikenal, dengan suatu estimasi 12% dari kematian-kematian kanker paru diakibatkan oleh radon gas.

d. Kecenderungan Keluarga

Penelitian akhir-akhir ini telah melokalisir suatu daerah pada lengan panjang dari kromosom manusia nomor 6 yang kemungkinan mengandung suatu gen yang memberikan suatu kepekaan yang meningkat mengembangkan kanker paru pada perokok-perokok.

e. Penyakit-Penyakit Paru

Kehadiran penyakit-penyakit paru tertentu, khususnya chronic obstructive pulmonary disease (COPD), dikaitkan dengan suatu risiko yang meningkat sedikit (empat sampai enam kali risiko dari seorang bukan perokok) untuk mengembangkan kanker paru bahkan setelah efek-efek dari menghisap rokok serentak telah ditiadakan.

f. Sejarah Kanker Paru sebelumnya

Orang-orang yang selamat dari kanker paru mempunyai suatu risiko yang lebih besar daripada populasi umum mengembangkan suatu kanker paru kedua. Orang-orang yang selamat dari non-small cell lung cancers (NSCLCs, lihat dibawah) mempunyai suatu risiko tambahan dari 1%-2% per tahun mengembangkan suatu kanker paru kedua. Pada orang-orang yang selamat dari small cell lung cancers (SCLCs), risiko mengembangkan kanker-kanker kedua mendekati 6% per tahun.

g. Polusi Udara

Polusi udara dari kendaraan-kendaraan, industri, dan tempat-tempat pembangkit tenaga (listrik) dapat meningkatkan kemungkinan mengembangkan kanker paru pada individu-individu yang terpapar. Sampai 1% dari kematian-kematian kanker paru disebabkan oleh pernapasan udara yang terpolusi, dan ahli-ahli percaya bahwa paparan yang memanjang (lama) pada udara yang terpolusi sangat tinggi dapat membawa suatu risiko serupa dengan yang dari merokok pasif untuk mengembangkan kanker paru.

3. Patofisiologi Kanker Paru

Dari etiologi yang menyerang percabangan segmen/sub bronkus menyebabkan cilia hilang dan deskuamasi sehingga terjadi pengendapan karsinogen. Dengan adanya pengendapan karsinogen maka menyebabkan metaplasia,hyperplasia dan displasia.

Bila lesi perifer yang disebabkan oleh metaplasia, hyperplasia dan displasia menembus ruang pleura, biasa timbul efusi pleura, dan bisa diikuti invasi langsung pada kosta dan korpus vertebra. Lesi yang letaknya sentral berasal dari salah satu cabang bronkus yang terbesar. Lesi ini menyebabkan obstruksi dan ulserasi bronkus dengan diikuti dengan supurasi di bagian distal.

Gejala–gejala yang timbul dapat berupa batuk, hemoptysis, dispneu, demam, dan dingin. Wheezing unilateral dapat terdengan pada auskultasi. Pada stadium lanjut, penurunan berat badan biasanya menunjukkan adanya metastase, khususnya pada hati.

Kanker paru dapat bermetastase ke struktur–struktur terdekat seperti kelenjar limfe, dinding esofagus, pericardium, otak, tulang rangka.

4. Managemen Medis Kanker Paru

a. Pemeriksaan Diagnostik

  1. Radiologi → Foto thorax posterior – anterior (PA) dan leteral serta Tomografi dada.
  2. Bronkhografi → Untuk melihat tumor di percabangan bronkus.
  3. Laboratorium (Sitologi sputum, pleural, atau nodus limfe, pemeriksaan fungsi paru dan GDA, tes kulit, jumlah absolute limfosit)
  4. Histopatologi → Bronkoskopi, Biopsi Trans Thorakal (TTB), Torakoskopi, Mediastinosopi, Torakotomi.
  5. CT-Scanning, MRI

b. Pembedahan

Tujuan pada pembedahan kanker paru sama seperti penyakit paru lain, untuk mengangkat semua jaringan yang sakit sementara mempertahankan sebanyak mungkin fungsi paru-paru yang tidak terkena kanker.
  1. Toraktomi eksplorasi → untuk mengkonfirmasi diagnosa tersangka penyakit paru atau toraks khususnya karsinoma, untuk melakukan biopsy.
  2. Pneumonektomi → pengangkatan paru
  3. Lobektomi → pengangkatan lobus paru
  4. Radiasi → pada beberapa kasus, radioterapi dilakukan sebagai pengobatan kuratif dan bisa juga sebagai terapi adjuvant/paliatif pada tumor dengan komplikasi, seperti mengurangi efek obstruksi/penekanan terhadap pembuluh darah bronkus.
  5. Kemoterapi → Kemoterapi digunakan untuk mengganggu pola pertumbuhan tumor, untuk menangani pasien dengan tumor paru sel kecil atau dengan metastase luas serta untuk melengkapi bedah atau terapi radiasi.

5. Managemen Keperawatan Kanker Paru

a. Pengkajian

Preoperasi (Doenges, Rencana Asuhan Keperawatan,1999)
  • Aktivitas/istirahat: Kelemahan, ketidak mampuan mempertahankan kebiasaan rutin, dispnea karena aktivitas, kelesuan
  • Sirkulasi: Obstruksi vena kava, bunyi jantung, gesekan pericardial, takikardi/disritmia
  • Integritas ego: Perasaan takut, takut hasil pembedahan, menolak kondisi yang berat/potensi keganasan, Kegelisahan, insomnia, pertanyaan yang diulang-ulang.
  • Eliminasi: Diare yang hilang timbul, peningkatan frekuensi/jumlah urine
  • Makanan/cairan: Penurunan berat badan, nafsu makan buruk, penurunan masukan makanan, kesulitan menelan, haus/peningkatan masukan cairan, kurus, edema wajah/ leher, dada punggung (obstruksi vena kava), edema wajah/periorbital)
  • Nyeri/ kenyamanan: Nyeri dada (tidak biasanya ada pada tahap dini dan tidak selalu pada tahap lanjut) dimana dapat/ tidak dapat dipengaruhi oleh perubahan posisi, nyeri bahu/tangan (khususnya pada sel besar atau adenokarsinoma)
  • Pernafasan: Batuk ringan atau perubahan pola batuk dari biasanya dan atau produksi sputum, nafas pendek, serak, paralysis pita suara. dispnea, peningkatan fremitus taktil, krekels/ mengi pada inspirasi atau ekspirasi, hemoptisis.
Pascaoperasi (Doenges, Rencana Asuhan Keperawatan, 1999)
  • Karakteristik dan kedalaman pernafasan dan warna kulit pasien
  • Frekuensi dan irama jantung
  • Pemeriksaan laboratorium yang terkait (GDA. Elektolit serum, Hb dan Ht)
  • Pemantauan tekanan vena sentral
  • Status nutrisi
  • Status mobilisasi ekstremitas khususnya ekstremitas atas di sisi yang di operasi.
  • Kondisi dan karakteristik water seal drainase.

b. Diagnose Keperawatan dan Rencana Keperawatan

1) Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan hipoventilasi

Tujuan:
  • Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi adekuat dengan GDA dalam rentang normal dan bebas gejala distress pernafasan.
Intervensi:
  • Kaji status pernafasan dengan sering, catat peningkatan frekuensi atau upaya pernafasan atau perubahan pola nafas. Rasional: Dispnea merupakan mekanisme kompensasi adanya tahanan jalan nafas
  • Catat ada atau tidak adanya bunyi tambahan dan adanya bunyi tambahan, misalnya krekels, mengi, Rasional: Bunyi nafas dapat menurun, tidak sama atau tak ada pada area yang sakit. Krekels adalah bukti peningkatan cairan dalam area jaringan sebagai akibat peningkatan permeabilitas membrane alveolarkapiler. Mengi adalah bukti adanya tahanan atau penyempitan jalan nafas sehubungan dengan mukus/ edema serta tumor.
  • Kaji adanya sianosis, Rasional: Penurunan oksigenasi bermakna terjadi sebelum sianosis. Sianosis sentral dari “organ” hangat contoh, lidah, bibir dan daun telinga adalah paling indikatif.
  • Kolaborasi pemberian oksigen lembab sesuai indikasi, Rasional: Memaksimalkan sediaan oksigen untuk pertukaran.
  • Awasi atau gambarkan seri GDA, Rasional: Menunjukkan ventilasi atau oksigenasi. Digunakan sebagai dasar evaluasi keefektifan terapi atau indikator kebutuhan perubahan terapi.
2) Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan kehilangan fungsi silia jalan nafas, peningkatan jumlah/ viskositas sekret paru, meningkatnya tahanan jalan nafas

Tujuan:
  • Mempertahankan jalan nafas paten dengan bunyi nafas bersih
  • Mengeluarkan sekret tanpa kesulitan.
Intervensi:
  • Catat perubahan upaya dan pola bernafas, Rasional: Penggunaan otot interkostal/ abdominal dan pelebaran nasal menunjukkan peningkatan upaya bernafas.
  • Observasi penurunan ekspansi dinding dada dan adanya, Rasional: Ekspansi dada terbatas atau tidak sama sehubungan dengan akumulasi cairan, edema, dan sekret dalam seksi lobus.
  • Catat karakteristik batuk (misalnya, menetap, efektif, tak efektif), juga produksi dan karakteristik sputum, Rasional: Karakteristik batuk dapat berubah tergantung pada penyebab/ etiologi gagal pernafasan. Sputum bila ada mungkin banyak, kental, berdarah.
  • Pertahankan posisi tubuh/ kepala tepat dan gunakan alat jalan nafas sesuai kebutuhan, Rasional: Memudahkan memelihara jalan nafas atas paten bila jalan nafas pasien dipengaruhi.
  • Kolaborasi pemberian bronkodilator, contoh aminofilin, albuterol dll. Awasi untuk efek samping merugikan dari obat, contoh takikardi, hipertensi, tremor, insomnia, Rasional: Obat diberikan untuk menghilangkan spasme bronkus, menurunkan viskositas sekret, memperbaiki ventilasi, dan memudahkan pembuangan sekret. Memerlukan perubahan dosis/ pilihan obat.
3) Ketakutan/Ansietas berhubungan dengan krisis situasi, ancaman untuk/perubahan status kesehatan, takut mati, faktor psikologis.

Tujuan:
  • Tampak rileks dan melaporkan ansietas menurun sampai tingkat dapat ditangani
  • Menunjukkan pemecahan masalah dan penggunaan sumber efektif.
Intervensi:
  • Observasi peningkatan gelisah, emosi labil, Rasional: Memburuknya penyakit dapat menyebabkan atau meningkatkan ansietas.
  • Pertahankan lingkungan tenang dengan sedikit rangsangan, Rasional: Menurunkan ansietas dengan meningkatkan relaksasi dan penghematan energi.
  • Tunjukkan/bantu dengan teknik relaksasi, meditasi, bimbingan imajinasi, Rasional: Memberikan kesempatan untuk pasien menangani ansietasnya sendiri dan merasa terkontrol.
  • Identifikasi persepsi klien terhadap ancaman yang ada oleh situasi, Rasional: Membantu pengenalan ansietas/ takut dan mengidentifikasi tindakan yang dapat membantu untuk individu.
  • Dorong pasien untuk mengakui dan menyatakan perasaan, Rasional: Langkah awal dalam mengatasi perasaan adalah terhadap identifikasi dan ekspresi. Mendorong penerimaan situasi dan kemampuan diri untuk mengatasi.
4) Kurang pengetahuan mengenai kondisi, tindakan, prognosis berhubungan dengan kurang informasi, kesalahan interpretasi informasi, kurang mengingat.

Tujuan:
  • Menjelaskan hubungan antara proses penyakit dan terapi
  • Menggambarkan/menyatakan diet, obat, dan program aktivitas
  • Mengidentifikasi dengan benar tanda dan gejala yang memerlukan perhatian medik.
Intervensi:
  • Dorong belajar untuk memenuhi kebutuhan pasien. Berikan informasi dalam cara yang jelas/ringkas, Rasional: Sembuh dari gangguan gagal paru dapat sangat menghambat lingkup perhatian pasien, konsentrasi dan energi untuk penerimaan informasi/ tugas baru.
  • Berikan informasi verbal dan tertulis tentang obat, Rasional: Pemberian instruksi penggunaan obat yang aman memamampukan pasien untuk mengikuti dengan tepat program pengobatan.
  • Kaji konseling nutrisi tentang rencana makan; kebutuhan makanan kalori tinggi, Rasional: Pasien dengan masalah pernafasan berat biasanya mengalami penurunan berat badan dan anoreksia sehingga memerlukan peningkatan nutrisi untuk menyembuhkan.
  • Berikan pedoman untuk aktivitas, Rasional: Pasien harus menghindari untuk terlalu lelah dan mengimbangi periode istirahat dan aktivitas untuk meningkatkan regangan/stamina dan mencegah konsumsi/ kebutuhan oksigen berlebihan.
5) Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan Pengangkatan jaringan paru, Gangguan suplai oksigen, Penurunan kapasitas pembawa oksigen darah (kehilangan darah).

Tujuan:
  • Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan adekuat dengan GDA dalam rentang normal
  • Bebas gejala distress pernafasan.
Intervensi:
  • Catat frekuensi, kedalaman dan kemudahan pernafasan. Observasi penggunaan otot bantu, nafas bibir, perubahan kulit/ membran mukosa, Rasional: Pernafasan meningkat sebagai akibat nyeri atau sebagai mekanisme kompensasi awal terhadap hilangnya jaringan paru.
  • Auskultasi paru untuk gerakan udara dan bunyi nafas tak normal, Rasional: Konsolidasi dan kurangnya gerakan udara pada sisi yang dioperasi normal pada pasien pneumonoktomi. Namun, pasien lubektomi harus menunjukkan aliran udara normal pada lobus yang masih ada.
  • Pertahankan kepatenan jalan nafas pasien dengan memberikan posisi, penghisapan, dan penggunaan alat, Rasional: Obstruksi jalan nafas mempengaruhi ventilasi, mengganggu pertukaran gas.
  • Ubah posisi dengan sering, letakkan pasien pada posisi duduk juga telentang sampai posisi miring, Rasional: Memaksimalkan ekspansi paru dan drainase sekret.
  • Dorong/bantu dengan latihan nafas dalam dan nafas bibir dengan tepat, Rasional: Meningkatkan ventilasi maksimal dan oksigenasi dan menurunkan/mencegah atelektasis.
6) Nyeri (akut) berhubungan dengan Insisi bedah, trauma jaringan, dan gangguan saraf internal, Adanya selang dada, Invasi kanker ke pleura, dinding dada.

Tujuan:
  • Melaporkan nyeri hilang/terkontrol
  • Tampak rileks dan tidur/ istirahat dengan baik
  • Berpartisipasi dalam aktivitas yang diinginkan/dibutuhkan.
Intervensi:
  • Tanyakan pasien tentang nyeri. Tentukan karakteristik nyeri. Buat rentang intensitas pada skala 0 – 10, Rasional: Membantu dalam evaluasi gejala nyeri karena kanker. Penggunaan skala rentang membantu pasien dalam mengkaji tingkat nyeri dan memberikan alat untuk evaluasi keefektifan analgesic, meningkatkan control nyeri.
  • Kaji pernyataan verbal dan non-verbal nyeri pasien, Rasional: Ketidak sesuaian antar petunjuk verbal/ non verbal dapat memberikan petunjuk derajat nyeri, kebutuhan/ keefeketifan intervensi.
  • Catat kemungkinan penyebab nyeri patofisologi dan psikologi, Rasional: Insisi posterolateral lebih tidak nyaman untuk pasien dari pada insisi anterolateral. Selain itu takut, distress, ansietas dan kehilangan sesuai diagnosa kanker dapat mengganggu kemampuan mengatasinya.
  • Dorong menyatakan perasaan tentang nyeri, Rasional: Takut/ masalah dapat meningkatkan tegangan otot dan menurunkan ambang persepsi nyeri.
  • Berikan tindakan kenyamanan. Dorong dan ajarkan penggunaan teknik relaksasi, Meningkatkan relaksasi dan pengalihan perhatian.