Asuhan Keperawatan (Askep) Pasien dengan Trauma Dada
BLOGPERAWAT.NET - Pernahkah Anda melihat atau menolong orang yang sakit pada daerah
dada akibat kecelakaan atau dipukul oleh orang lain? Di bawah ini adalah pembahasan materi tentang penyakit pada saluran pernafasan akibat trauma dada, mari perhatikan dan pelajari materi dibawah ini.
1. Pengertian Trauma Dada
Definisi dari gangguan system pernafasan akibat trauma dada sangat luas. Trauma dada merupakan masalah yang komplek dan multidemensi yang biasanya dikategorikan menurut penyebab.Pengertian Trauma Dada Menurut Para Ahli
- Trauma thoraks adalah luka atau cedera yang mengenai rongga thorax yang dapat menyebabkan kerusakan pada dinding thorax ataupun isi dari cavum thorax yang disebabkan oleh benda tajam atau benda tumpul dan dapat menyebabkan keadaan gawat thorax akut (Sudoyo, 2010).
- Trauma adalah luka atau cedera fisik lainnya atau cedera fisiologis akibat gangguan emosional yang hebat (Nugroho, 2015).
- Trauma dada adalah abnormalitas rangka dada yang disebabkan oleh benturan pada dinding dada yang mengenai tulang rangka dada, pleura paru-paru, diafragma ataupun isi mediastinal baik oleh benda tajam maupun tumpul yang dapat menyebabkan gangguan sistem pernapasan (Rendy, 2012).
Trauma dada adalah trauma yang mengenai dinding toraks yang secara langsung maupun tidak langsung berpengaruh pada pada organ didalamnya, baik sebagai akibat dari suatu trauma tumpul maupun oleh sebab trauma tajam.
2. Penyebab Trauma Dada
Trauma tumpul:- Terjadi sebagai akibat penekanan langsung pada daerah dada
- Biasanya tertutup sehingga tidak terdapat hubungan antara ruang dalam dada dengan udara atmosfer
- Disebabkan oleh benda tumpul
- Terjadi sebagai akibat luka tembak/tusuk
- Menyebabkan luka dada terbuka karena terdapat hubungan antara ruang dalam dada dengan udara atmosfer
- Trauma ini yang paling sering disebabkan oleh tembakan peluru kemudian karena pisau/ditusuk.
3. Gejala Trauma Dada
Trauma tumpul:- Dyspnea, agitasi, restlessness, anxiety, chest pain during respiration
- Potensial Komplikasi → pneumothorax, flail chest, hemothorax, pulmonary contusion, myocardial contusion, cardiac tamponade
- Inspeksi → RR>20x/mnt, Hiperpnea, ventilatory distress, penggunaan otot-otot asesori, penurunan tidal volume, hemoptasis, asymmetric chest wall motion, jugular venous distention, sianosis, pucat pada kulit, bibir
- Palpasi → flail chest segmen, tanda-tanda fraktur.
- Perkusi → dullness pertanda hemothorax, hiperesonan pertanda pneumothorax
- Auskultasi → krepitasi disekitar patahan tulang, penurunan tekanan darah.
- Dyspnea, nyeri yang hebat, cemas, gangguan istirahat
- Potensial komplikasi → hemothorax, pneumothorax, tension pneumothorax, hemorrhage, shock, infeksi
- Inspeksi → RR>20x/mnt, hiperpnea, respiratory distress, use acessory muscle, decrease tidal volume, asymetris chest wall, sianosis, estimate blood loss, do not remove penetrating object.
- Palpasi → deviasi trachea, empisema subcutan, akral dingin
- Perkusi → pertanda hemothorax, hiperesonan pertanda pneumothorax
- Auskultasi → pernafasan stridor, bradicardi.
4. Managemen Medis
a. Tes diagnostik- X-ray dada, melihat adanya udara atau cairan dalam rongga pleura, membedakan pneumuthorax atau hematothorax, konfirmasi adanya patah tulang thorax
- Analisa Gas darah → evaluasi oksigenasi adekuat atau tidak
- ECG → melihat efektivitas elektrik jantung
- Hb/Hct → untuk mengetahui kebutuhan darah (tranfusi)
- Sel darah putih → indicator dasar adanya infeksi
- Pemberian Oksigen
- Bila diperlukan intubasi atau pemakaian ventilasi mekanik
- Transfusi/normal saline/plasma/albumin tergantung prioritas pasien
- Pemasangan WSD/chest tube insertion
- Pemberian analgesic → managemen nyeri
- Thoracentesis/thoracotomy.
5. Managemen Keperawatan
a. Pengkajian- Tanda dan gejala yang muncul merupakan masalah serius, hati-hati dengan perubahan status mental yg merupakan gejala kerusakan sistem saraf pusat, diakibatkan karena hipoxemia
- Trauma tumpul: dyspnea, agitasi, restlessness, anxiety, chest pain during respiration, RR>20x/mnt, Hiperpnea, ventilatory distress, penggunaan otot-otot asesori, penurunan tidal volume, hemoptasis, asymmetric chest wall motion, jugular venous distention, sianosis, pucat pda kulit, bibir. flail chest segmen, tanda-tanda fraktur.dullness pertanda hemothorax, hiperesonan pertanda pneumothorax, krepitasi disekitar patahan tulang, penurunan tekanan darah.
- Trauma tajam: dyspnea, nyeri yang hebat, cemas, gangguan istirahat, RR>20x/mnt, hiperpnea, respiratory distress, use acessory muscle, decrease tidal volume, asymetris chest wall, sianosis, estimate blood loss, do not remove penetrating object. deviasi trachea, empisema subcutan, akral dingin, pertanda hemothorax, hiperesonan pertanda pneumothorax, pernafasan stridor, bradicardi.
1) Potensial kekurangan volume cairan sehubungan dengan kehilangan cairan darah sekunder terhadap trauma dada
Tujuan:
- Normovolemic, dengan criteria : BP and HR normal, BB stabil, urine output >30 cc/jam (0,5cc/kgBB/jam), RR <20x/mnt, chest drainage/ perdarahan rongga dada melalui WSD < 100cc/jam
- Perhatikan kondisi pasien, laporkan adanya perdarahan terutama 24-48 jam pertama, setelah 48 jam perdarahan harus sudah berhenti, bila masih segera lapor.
- Monitor drainage (WSD), lapor bila perdarahan masih aktif (>100ml/jam)
- Monitor perlengkapan transfusi (Infus)
- Monitor BP, penurunan BP peningkatan HR dan RR adalah tanda shock
- Kaji status hidrasi dgn monitor BB setiap hari, intake and output cairan
- Periksa Hb sebagai indikator hemostasis, hati-hati dgn penurunan Hb indikator adanya perdarahan.
Tujuan:
- Pasien menunjukan pertukaran udara adekuat yang ditandai dengan PaO2 >60mmHg, PaCO2 <45 mmHg, RR<20x/menit dengan kedalaman dan pola yg normal, orientasi terhadap orang, waktu dan tempat baik.
- Monitor analisa gas darah (ABG)
- Observasi indikator adanya hipoxia, meliputi increase restlessness, anxiety dan perubahan status mental
- Kaji adanya distress nafas, peningkatan RR, penurunan gerakan dinding dada, adanya sianosis.
- Posisikan pasien agar ekspansi penuh (semi fowler).
- Ubah posisi pasien tiap 2 jam untuk mendukung drainage dan re ekspansi paru
- Latih pasien untuk nafas dalam, sediakan analgesik untuk mengurangi nyeri selama latihan, nafas dalam dapat meningkatkan ekspansi paru dan mencegah terjadinya atelektasis.
- Berikan oksigen jika diperlukan
- Kaji dan pelihara sistem drainage (WSD) ;pastikan sambungan selang dada baik, pastikan tidak ada penekanan pada selang dada, pastikan tekanan alat masih dapat menghisap (suction WSD)
Tujuan:
- Subyektif pasien penurunan nyeri dibuktikan dengan skala nyeri
- Pada interval tertentu kaji tingkat nyeri dengan skala nyeri (0-10), bila perlu berikan analgesik sesuai dengan advis.
- Berikan posisi yg nyaman untuk nyerinya
- Ajarkan pasien untuk melindungi sisi yang sakit (insersi) bila dipakai bergerak
- Jadwalkan aktivitas pasien, berikan waktu istirahat yang cukup.
- Stabilkan tube dada untuk mengurangi dorongan penghubung tube (diisolasi pada dinding dada)
- Batasi aktivitas yang menyebabkan pergerakan tulang rusuk tempat insersi, instruksikan untuk meminta bantuan bila ingin merubah posisi tidur, instruksikan untuk menjaga ROM.
- Ajarkan untuk melindungi area, dengan tangan atau bantal untuk mengurangi rasa nyeri
- Penting untuk menghindari terjadinya infeksi paru-paru