Widget HTML #1

Gerakan Pemberdayaan Masyarakat pada Penerapan Promosi Kesehatan

Pengertian dan Prinsip Pemberdayaan Masyarakat

Empowerment yang dalam bahasa Indonesia berarti “pemberdayaan”, adalah sebuah konsep yang lahir sebagai bagian dari perkembangan alam pikiran masyarakat kebudayaan Barat, utamanya Eropa.

Memahami konsep empowerment secara tepat harus memahami latar belakang kontekstual yang melahirkannya. Konsep empowerment mulai nampak sekitar dekade 70-an dan terus berkembang hingga 1990-an.

Pranarka & Vidhyandika (1996) menjelaskan bahwa proses pemberdayaan mengandung dua kecenderungan:
  • Pertama, proses pemberdayaan yang menekankan pada proses memberikan atau mengalihkan sebagian kekuatan, kekuasaan atau kemampuan kepada masyarakat agar individu lebih berdaya. Kecenderungan pertama tersebut dapat disebut sebagai kecenderungan primer dari makna pemberdayaan.
  • Kedua atau kecenderungan sekunder menekankan pada proses menstimulasi, mendorong atau memotivasi individu agar mempunyai kemampuan atau keberdayaan untuk menentukan apa yang menjadi pilihan hidupnya melalui proses dialog.
Proses pemberdayaan warga masyarakat diharapkan dapat menjadikan masyarakat menjadi lebih berdaya berkekuatan dan berkemampuan.

Kaitannya dengan indikator masyarakat berdaya, Sumardjo (1999) menyebutkan ciri-ciri warga masyarakat berdaya yaitu:
  1. Mampu memahami diri dan potensinya, mampu merencanakan (mengantisipasi kondisi perubahan ke depan)
  2. Mampu mengarahkan dirinya sendiri
  3. Memiliki kekuatan untuk berunding
  4. Memiliki bargaining power yang memadai dalam melakukan kerjasama yang saling menguntungkan
  5. Bertanggungjawab atas tindakannya.
Pada prinsipnya, pemberdayaan masyarakat ialah upaya atau proses untuk menumbuhkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan masyarakat dalam mengenali, mengatasi, memelihara, melindungi, dan meningkatkan kesejahteraan mereka sendiri (Notoatmodjo, 2007).

Sedangkan batasan pemberdayaan dalam bidang kesehatan meliputi upaya untuk menumbuhkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan.

Untuk mewujudkan hal tersebut, ada hal-hal penting yang perlu dipahami dalam upaya untuk memberdayakan masyarakat. Berkenaan dengan itu, perlu diperhatikan prinsip dari pemberdayaan masyarakat berikut ini:
  • Menumbuh-kembangkan potensi masyarakat.
  • Mengembangkan gotong-royong masyarakat.
  • Menggali kontribusi masyarakat dalam pembangunan kesehatan.
  • Bekerja untuk dan bersama masyarakat
  • KIE Berbasis masyarakat (sebanyak mungkin menggunakan dan memanfaatkan potensi lokal)
  • Menjalin kemitraan, dengan LSM dan ormas lain.
  • Desentralisasi.
Berdasarkan paparan tersebut diatas, tampak bahwa secara bertahap pemberdayaan masyarakat bertujuan untuk:
  1. Menumbuhkan kesadaran, pengetahuan, dan pemahaman akan kesehatan individu, kelompok, dan masyarakat.
  2. Menimbulkan kemauan yang merupakan kecenderungan untuk melakukan suatu tindakan atau sikap untuk meningkatkan kesehatan mereka.
  3. Menimbulkan kemampuan masyarakat untuk mendukung terwujudnya tindakan atau perilaku sehat.
Tujuan dari pemberdayaan masyarakat tersebut ditetapkan secara bertahap, mengingat kompleksnya situasi sosial, ekonomi, pendidikan dan budaya yang berlaku dalam setiap kelompok masyarakat.

Masih sulit untuk menetapkan kategori yang sama mengenai tujuan dari pemberdayaan masyarakat itu sendiri, namun kategori umum mengenai kemandirian masyarakat di bidang kesehatan sudah bisa ditetapkan, yaitu:
  1. Mereka mampu mengenali masalah kesehatan dan faktor-faktor yang mempengaruhi masalah kesehatan terutama di lingkungan tempat tinggal mereka sendiri. Pengetahuan tersebut meliputi pengetahuan tentang penyakit, gizi dan makanan, perumahan dan sanitasi, serta bahaya merokok dan zat-zat yang menimbulkan gangguan kesehatan.
  2. Mereka mampu mengatasi masalah kesehatan secara mandiri dengan menggali potensi-potensi masyarakat setempat.
  3. Mampu memelihara dan melindungi diri mereka dari berbagai ancaman kesehatan dengan melakukan tindakan pencegahan.
  4. Mampu meningkatkan kesehatan secara dinamis dan terus-menerus melalui berbagai macam kegiatan seperti kelompok kebugaran, olahraga, konsultasi dan sebagainya.
Berdasarkan pandangan tersebut, maka secara garis besar bagan dari upaya untuk pemberdayaan masyarakat memang tergantung dari beberapa faktor yang terkait seperti gambar di bawah ini.


Dalam realisasinya, untuk mencapai sasaran agar masyarakat mengetahui, kemudian bersedia dan dapat melaksanakan upaya untuk meningkatkan tingkat kesehatannya, tidak cukup hanya dengan informasi yang diterimanya saja.

Masyarakat memang perlu mengetahui mengenai masalah kesehatan dalam lingkungannya, maupun mengenai masalah yang umum terjadi dalam lingkungan tempat tinggalnya. Lebih jauh lagi, agar ia bersedia untuk meningkatkan kesehatan lingkungan dan juga kehidupannya, ia perlu mengetahui informasi mengenai bahaya yang terkait dengan kesehatan serta bagaimana melakukan mengatasi masalah kesehatan sekaligus mencegah agar tidak terjadi lagi masalah yang sama.

Karenanya agar masyarakat mampu melakukan pencegahan secara luas dalam lingkungan tempat tinggalnya, ia perlu mendapatkan informasi lebih jauh dan mendetail mengenai pencegahan masalah kesehatan tersebut.

Hanya saja, adanya informasi yang memadai tidak menjamin terjadinya pemberdayaan masyarakat yang efektif. Untuk mencapai tujuan pemberdayaan secara menyeluruh, perlu adanya dukungan sarana dari pemerintahan maupun instansi yang terkait. Karenanya sangat  penting adanya dukungan peraturan maupun perundangan, maupun adanya layanan kesehatan yang memadai dan terjangkau bagi masyarakat yang kurang mampu, bahkan bila mungkin layanan gratis.

Demikian pula sumber daya lain untuk mendukung tumbuh dan langgengnya kemampuan masyarakat untuk mengembangkan kemampuan mereka dalam mengatasi dan meningkatkan taraf kesehatan mereka.

Secara praktis, latar belakang budaya timur bangsa kita sangat memungkinkan untuk terjadinya pemberdayaan masyarakat. Kesediaan masyarakat untuk saling bahu membahu saat menghadapi kesulitan merupakan potensi tersendiri bagi bangsa kita untuk memberdayakan diri sendiri dalam mengatasi kesulitan yang ada.

Meski demikian, ada pula nilai-nilai tradisi yang seringkali lebih banyak mengedepankan kepercayaan terhadap adat tanpa didasari oleh pertimbangan yang bersifat logis dan rasional. Karenanya, hal lain yang perlu diperhatikan adalah pemberian informasi yang memadai mengenai kesehatan yang terus diperbaharui sesuai dengan perkembangan medis pada saat ini.

Aspek Pemberdayaan Masyarakat

Ditinjau dari lingkup dan obyek pemberdayaan mencakup beberapa aspek, yaitu:
  1. Peningkatan kepemilikan aset (sumberdaya fisik dan finansial) serta kemampuan (secara individu & kelompok) untuk memanfaatkan aset tersebut demi untuk perbaikan kehidupan mereka.
  2. Hubungan antar individu dan kelompok, kaitannya dengan kepemilikan aset dan pemanfaatannya.
  3. Pemberdayaan dan reformasi kelembagaan.
  4. Pengembangan jejaring dan kemitraan kerja, baik di tingkat lokal, regional, maupun global

Unsur-Unsur Pemberdayaan Masyarakat

Untuk merealisasikan pemberdayaan masyarakat tersebut, perlu memperhatikan 4 unsur-unsur pokok berikut ini:
  1. Aksesibilitas informasi, karena informasi merupakan kekuasaan baru kaitannya dengan: peluang, layanan, penegakan hukum, efektivitas negosiasi dan akuntabilitas.
  2. Keterlibatan atau partisipasi, yang menyangkut siapa yang dilibatkan dan bagaimana mereka terlibat dalam keseluruhan proses pembangunan.
  3. Akuntabilitas, kaitannya dengan pertanggungjawaban publik atas segala kegiatan yang dilakukan dengan mengatas namakan rakyat.
  4. Kapasitas organisasi lokal, kaitannya dengan kemampuan bekerjasama, mengorganisir warga masyarakat, serta mobilisasi sumberdaya untuk memecahkan masalah-masalah yang mereka hadapi

Peran Petugas Kesehatan Dalam Pemberdayaan Masyarakat

Pemberdayaan masyarakat lebih bertujuan untuk membangun kemandirian masyarakat dalam meningkatkan derajat kesehatan mereka. Berkenaan dengan itu, peran petugas kesehatan dalam proses untuk pemberdayaan masyarakat adalah sebagai berikut:
  1. Memfasilitasi masyarakat melalui kegiatan-kegiatan maupun program-program pemberdayaan masyarakat meliputi pertemuan dan pengorganisasian masyarakat.
  2. Memberikan motivasi kepada masyarakat untuk bekerja sama dalam melaksanakan kegiatan pemberdayaan agar masyarakat mau berkontribusi terhadap program tersebut.
  3. Mengalihkan pengetahuan, keterampilan, dan teknologi kepada masyarakat dengan melakukan pelatihan-pelatihan yang bersifat vokasional.
  4. Memotivasi anak untuk dapat hidup sehat, melalui pamflet bergambar yang menarik. Hal tersebut menjadi tepat sasaran mengingat bahwa mendidik anak mengenai kesehatan menjadi potensi masyarakat terbesar.

Ciri Pemberdayaan Masyarakat

  1. Community leader: petugas kesehatan melakukan pendekatan kepada tokoh masyarakat atau pemimpin terlebih dahulu. Misalnya Camat, lurah, kepala adat, ustad, dan sebagainya.
  2. Community organization: organisasi seperti PKK, karang taruna, majlis taklim, dan lainnnya merupakan potensi yang dapat dijadikan mitra kerja dalam upaya pemberdayaan masyarakat.
  3. Community fund: Dana sehat atau Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat (JPKM) yang dikembangkan dengan prinsip gotong royong sebagai salah satu prinsip pemberdayaan masyarakat.
  4. Community material: setiap daerah memiliki potensi tersendiri yang dapat digunakan untuk memfasilitasi pelayanan kesehatan. Misalnya, desa dekat kali penghasil pasir memiliki potensi untuk melakukan pengerasan jalan untuk memudahkan akses ke puskesmas.
  5. Community knowledge: pemberdayaan bertujuan meningkatkan pengetahuan masyarakat dengan berbagai penyuluhan kesehatan yang menggunakan pendekatan community based health education.
  6. Community technology: teknologi sederhana di komunitas dapat digunakan untuk pengembangan program kesehatan misalnya penyaringan air dengan pasir atau arang.
  7. Community decision making: pengambilan keputusan oleh masyarakat melalui proses menemukan masalah, merencanakan dan melakukan pemecahannya.
Berdasarkan ciri-ciri dari pemberdayaan masyarakat tersebut, dalam konteks promosi kesehatan yang dilakukan oleh pelaksana promkes, maka secara teoritis untuk memudahkan kita dalam mengevaluasi dan membuat program pemberdayaan masyarakat yang lebih efektif dan efisien, kita perlu mengajukan beberapa pertanyaan antara lain:
  • Pertama, siapakah masyarakat yang menjadi konteks program? Pengenalan karakter masyarakat ini penting dan dilatar belakangi oleh bukti-bukti bahwa masyarakat bersifat heterogen dan memiliki energi, waktu, motivasi, dan kepentingan yang berbeda-beda. Sebagai contoh, dalam sebuah kasus promosi kesehatan, terdapat lokasi-lokasi tertentu yang tidak memiliki ketua RT, misalnya di perumahan yang penghuninya baru pulang setelah jam 8 malam. Dapat diperkirakan bahwa rencana program penyuluhan secara oral kepada mereka akan sulit dilaksanakan. Dengan demikian, pendekatan lain bisa dilakukan misalnya melalui situs jika mereka mudah mengakses internet, atau menggunakan fasilitas mobile messaging.
  • Kedua, berkaitan dengan faktor-faktor apa saja yang sekiranya dapat mempengaruhi pemberdayaan masyarakat? Berdasarkan penelitian Laverack, faktor-faktor tersebut antara lain partisipasi, kepemimpinan, analisis masalah, struktur organisasi, mobilisasi sumber daya, link (tautan) terhadap yang lain, manajemen program, dan peran dari pihak luar.
  • Ketiga, apakah pemberdayaan masyarakat ini merupakan proses atau merupakan outcome?. Dalam hal ini, banyak literatur yang menyebutkan bahwa jawabannya adalah bisa kedua-duanya. Hampir semua bersepakat bahwa pemberdayaan masyarakat adalah proses yang dinamis dan melibatkan berbagai hal, seperti pemberdayaan personal, pengembangan kelompok kecil yang bersama-sama, organisasi masyarakat, kemitraan, serta aksi sosial politik. Sebagai outcome, pemberdayaan merupakan perubahan pada individu maupun komunitas yang bersifat saling mempengaruhi.

Indikator Hasil Pemberdayaan Masyarakat

  1. Input, meliputi: SDM (pemimpin, toma, toga, kader), jumlah dana yang digunakan, bahan-bahan, dan alat-alat yang mendukung kegiatan pemberdayaan masyarakat.
  2. Proses, meliputi: jenis dan jumlah KIE/penyuluhan yang dilaksanakan, frekuensi pelatihan yang dilaksanakan, jumlah tokoh masyarakat yang terlibat, adanya siklus pengambilan keputusan di masyarakat dan pertemuan-pertemuan yang dilaksanakan.
  3. Output, meliputi: jumlah dan jenis usaha kesehatan yang bersumber daya masyarakat, jumlah masyarakat yang telah meningkatkan pengetahuan dan perilakunya tentang kesehatan, jumlah anggota keluarga yang memiliki usaha meningkatkan pendapatan keluarga, dan meningkatnya fasilitas umum di masyarakat.
  4. Outcome dari pemberdayaan masyarakat mempunyai kontribusi dalam menurunkan angka kesakitan, angka kematian, dan angka kelahiran serta meningkatkan status gizi masyarakat.