Widget HTML #1

Media Dalam Promosi Kesehatan

Pengertian Media Dalam Promosi Kesehatan

AECT (Association for Education and Communication Technology) dalam Harsoyo (2002) memaknai media sebagai segala bentuk yang dimanfaatkan dalam proses penyaluran informasi.

NEA (National Education Association) memaknai media sebagai segala benda yang dapat dimanipulasi, dilihat, didengar, dibaca, atau dibincangkan beserta instrumen yang digunakan untuk kegiatan tersebut.

Kerucut Pengalaman (The Cone of Experience) dari Edgar Dale

Sekitar pertengahan abad 20 usaha pemanfaatan alat visual mulai dilengkapi dengan peralatan audio, maka lahirlah peralatan audio visual pembelajaran. Usaha-usaha untuk membuat pelajaran abstrak menjadi lebih konkrit terus dilakukan. Dalam usaha itu, Edgar Dale membuat klasifikasi 11 tingkatan pengalaman belajar dari yang paling konkrit sampai yang paling abstrak. Klasifikasi tersebut kemudian dikenal dengan nama “Kerucut Pengalaman” (The Cone of Experience) dari Edgar Dale.

Ketika itu, para pendidik sangat terpikat dengan kerucut pengalaman itu, sehingga pendapat Dale tersebut banyak dianut dalam pemilihan jenis media yang paling sesuai untuk memberikan pengalaman belajar tertentu.

“Kerucut Pengalaman” (The Cone of Experience) dari Edgar Dale

Menurut Edgar Dale, dalam dunia pendidikan, penggunaan media /bahan/sarana belajar seringkali menggunakan prinsip Kerucut Pengalaman yang membutuhkan media belajar seperti buku teks, bahan belajar yang dibuat oleh pengajar dan “audio-visual”.

Efektivitas media terhadap pemahaman sasaran

  • Verbal: 1 X
  • Visual: 3,5 X
  • Verbal dan visual: 6 X

Kemampuan daya ingat seseorang


Sesudah 3 jam Sesudah 3 hari
Verbal
70 %
10 %
Visual
72 %
20 %
Verbal+Visual
85 %
65 %

Pada akhir tahun 1950, teori komunikasi mulai mempengaruhi penggunaan alat audio visual. Dalam pandangan teori komunikasi, alat audio visual berfungsi sebagai alat penyalur pesan dari sumber pesan kepada penerima pesan.

Begitu pun dalam dunia pendidikan, alat audio visual bukan hanya dipandang sebagai alat bantu mengajar saja, melainkan juga berfungsi sebagai penyalur pesan belajar. Sayangnya, waktu itu faktor sasaran belajar/peserta didik, yang merupakan komponen utama dalam pembelajaran, belum mendapat perhatian khusus.

Baru pada tahun 1960-an, para ahli mulai memperhatikan siswa sebagai komponen utama dalam kegiatan pembelajaran. Pada saat itu teori Behaviour Factor (BF) Skinner mulai mempengaruhi penggunaan media dalam kegiatan pembelajaran. Teori ini telah mendorong diciptakannya media yang dapat mengubah tingkah laku peserta didik/sasaran belajar sebagai hasil proses pembelajaran. Produk media pembelajaran yang terkenal sebagai hasil-hasil teori ini adalah diciptakannya teaching machine (mesin pengajaran) dan Programmed Instruction (pembelajaran terprogram).

Pada tahun 1965-1970, pendekatan sistem (system approach) mulai menampakkan pengaruhnya dalam dunia pendidikan dan pengajaran. Pendekatan sistem ini mendorong digunakannya media sebagai bagian integral dalam proses pembelajaran. Media, yang tidak lagi hanya dipandang sebagai alat bantu guru, melainkan telah diberi wewenang untuk membawa pesan belajar, hendaklah merupakan bagian integral dari Topik mengajar.

Dengan demikian, kalau saat ini kita mendengar kata media, hendaklah kata tersebut diartikan dalam pengertiannya yang terakhir, yaitu meliputi alat bantu pendidik/pengajar dalam mengajar serta sarana pembawa pesan dari sumber belajar ke penerima pesan belajar (sasaran belajar). Sebagai penyaji dan penyalur pesan, media belajar dalam hal-hal tertentu, bisa mewakili pengajar menyajikan informasi belajar kepada peserta didik. Jika program media itu didesain dan dikembangkan secara baik, maka fungsi itu akan dapat diperankan oleh media meskipun tanpa keberadaan pengajar.

Peranan media semakin meningkat, ini sering menimbulkan kekhawatiran bagi seorang pendidik. Namun sebenarnya hal itu tak perlu terjadi, seandainya kita menyadari betapa masih banyak dan beratnya peran yang lain.

Memberikan perhatian dan bimbingan secara individual kepada peserta didik, merupakan tugas pendidik yang sebenarnya lebih penting. Peran guru atau pendidik akan lebih mengarah sebagai manajer pembelajaran. Tanggung jawab utama seorang manajer pembelajaran adalah menciptakan kondisi sedemikian rupa agar peserta didik dapat belajar. Proses kegiatan akan terjadi jika peserta didik dapat berinteraksi dengan berbagai sumber belajar. Untuk itu para pengajar/pendidik bisa lebih banyak menggunakan waktu untuk menjalankan fungsinya sebagai penasehat, pembimbing, motivator dan fasilitator dalam Topik.

Wilbur Schramm, mencermati pemanfaatan media sebagai suatu teknik untuk menyampaikan pesan, di mana ia mendefinisikan media sebagai teknologi pembawa informasi/pesan instruksional. Yusuf Hadi Miarso, memandang media secara luas/makro dalam sistem pendidikan sehingga mendefinisikan media adalah segala sesuatu yang dapat merangsang terjadinya proses belajar pada diri peserta didik.

Promosi kesehatan, seperti penyuluhan kesehatan tak dapat lepas dari media karena melalui media, pesan yang disampaikan dapat lebih menarik dan dipahami, sehingga sasaran dapat mempelajari pesan tersebut sampai memahaminya sehingga mampu memutuskan untuk mengadopsinya ke perilaku yang positif.

Dari penjelasan di atas dapat simpulkan definisi media dalam promosi kesehatan sebagai berikut:

Media promosi kesehatan adalah semua sarana atau upaya untuk menampilkan pesan informasi yang ingin disampaikan oleh komunikator sehingga sasaran dapat meningkat pengetahuannya yang akhirnya diharapkan dapat berubah perilakunya ke arah positif terhadap kesehatan.

Penyuluhan adalah proses penyebarluasan informasi tentang ilmu pengetahuan, teknologi maupun seni. Sehingga media penyuluhan memiliki beberapa pengertian, sebagai berikut:
  • Media penyuluhan adalah semua sarana dan alat yang digunakan dalam proses penyampaian pesan.
  • Media penyuluhan adalah wahana untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima yang dapat merangsang pikiran, perasaan dan perhatian/minat.
  • Media penyuluhan adalah semua sarana atau upaya untuk menampilkan pesan informasi yang ingin disampaikan oleh komunikator sehingga sasaran dapat meningkat pengetahuannya yang akhirnya diharapkan dapat berubah perilakunya kearah positif terhadap kesehatan.

Peran Media Promosi Kesehatan

Berdasarkan definisi di atas kita paham bahwa media sangat penting peranannya dalam pelaksanaan penyuluhan kesehatan, karena:
  • Media dapat mempermudah penyampaian informasi.
  • Media dapat menghindari kesalahan persepsi.
  • Media dapat memperjelas informasi.
  • Media dapat mempermudah pengertian.
  • Media dapat mengurangi komunikasi verbalistik.
  • Media dapat menampilkan objek yang tidak dapat ditangkap dengan mata.
  • Media dapat memperlancar komunikasi.

Jenis Media Promosi Kesehatan

Berdasarkan peran-fungsinya sebagai penyaluran informasi kesehatan, media promosi kesehatan dibagi menjadi 3 yakni:

a. Media cetak

Media cetak mengutamakan pesan-pesan visual, biasanya terdiri dari gambaran sejumlah kata, gambar atau foto dalam tata warna.

Yang termasuk dalam media ini adalah booklet, leaflet, flyer (selebaran), flip chart (lembar balik), rubrik atau tulisan pada surat kabar atau majalah, poster, foto yang mengungkapkan informasi kesehatan.

Ada beberapa kelebihan media cetak antara lain tahan lama, mencakup banyak orang, biaya rendah, dapat dibawa kemana-mana, tidak perlu listrik, mempermudah pemahaman dan dapat meningkatkan gairah belajar. Media cetak memiliki kelemahan yaitu tidak dapat menstimulir efek gerak dan efek suara dan mudah terlipat.

b. Media elektronik

Media ini merupakan media yang bergerak dan dinamis, dapat dilihat dan didengar dan penyampaiannya melalui alat bantu elektronika. Yang termasuk dalam media ini adalah televisi, radio, video film, cassette, CD, VCD, internet (computer dan modem), SMS (telepon seluler).

Seperti halnya media cetak, media elektronik ini memiliki kelebihan antara lain lebih mudah dipahami, lebih menarik, sudah dikenal masyarakat, bertatap muka, mengikut sertakan seluruh panca indera, penyajiannya dapat dikendalikan dan diulang-ulang serta jangkauannya lebih besar.

Kelemahan dari media ini adalah biayanya lebih tinggi, sedikit rumit, perlu listrik dan alat canggih untuk produksinya, perlu persiapan matang, peralatan selalu berkembang dan berubah, perlu keterampilan penyimpanan dan keterampilan untuk mengoperasikannya.

c. Media luar ruang

Media menyampaikan pesannya di luar ruang, bisa melalui media cetak maupun elektronik misalnya papan reklame, spanduk, pameran, banner dan televisi layar lebar, umbul-umbul, yang berisi pesan, slogan atau logo.

Kelebihan dari media ini adalah lebih mudah dipahami, lebih menarik, sebagai informasi umum dan hiburan, bertatap muka, mengikut sertakan seluruh panca indera, penyajian dapat dikendalikan dan jangkauannya relatif besar.

Kelemahan dari media ini adalah biaya lebih tinggi, sedikit rumit, perlu alat canggih untuk produksinya, persiapan matang, peralatan selalu berkembang dan berubah, memerlukan keterampilan penyimpanan dan keterampilan untuk mengoperasikannya.

d. Media Lain

Selain media di atas masih banyak media lainnya yang dapat digunakan sebagai promosi kesehatan, antara lain:
  • Iklan di bus
  • Mengadakan event, merupakan suatu bentuk kegiatan yang diadakan di pusat perbelanjaan atau hiburan yang menarik perhatian pengunjung
    • Road Show, suatu kegiatan yang diadakan di beberapa tempat/kota.
    • Sampling, contoh produk yang diberikan kepada sasaran secara gratis.
    • Pameran, suatu kegiatan untuk menunjukkan informasi program dan pesan-pesan promosi

Pengembangan Pesan, Uji Coba dan Produksi Media

Media promosi kesehatan yang baik adalah media yang mampu memberikan informasi atau pesan-pesan kesehatan yang sesuai dengan tingkat penerimaan sasaran, sehingga sasaran mau dan mampu untuk mengubah perilaku sesuai dengan pesan yang disampaikan.

Untuk itu, saat membuat pengembangan pesan, anda perlu menggunakan prinsip dan tahapan berikut ini :
  1. Pesan adalah terjemahan dari tujuan komunikasi ke dalam ungkapan kata yang sesuai untuk sasaran.
  2. Pengembangan pesan memerlukan kemampuan ilmu komunikasi dan seni.
  3. Menentukan posisi pesan (positioning), yaitu strategi komunikasi untuk memasuki jendela otak konsumen agar produk/perilaku yang diperkenalkan mempunyai arti tertentu. Contoh posisi pesan:
    • Posyandu Menjaga Anak Sehat Tetap Sehat
    • Pokoknya Pake Garam Beryodium agar anak Pintar
    • Gaya Hidup Sehat Bikin Kamu Tampil Beda
    • Dengan PIN Anak Indonesia Bebas Polio
  4. Buatlah konsep pesan yang jelas, spesifik, positif, menarik perhatian, berorientasi pada tindakan dan cocok dengan sasaran. STRUKTUR PESAN sebaiknya menggunakan RUMUS AIDCAA
    1. ATTENTION (perhatian)
    2. INTEREST (minat)
    3. DESIRE (kebutuhan/keinginan)
    4. CONVICTION (rasa percaya)
    5. ACTION (tindakan)
    6. APPROACH (pendekatan)
Pesan yang disampaikan akan efektif, jika memperhatikan hal-hal berikut:
  1. Command attention, kembangkan satu ide atau pesan yang menarik perhatian dan mudah diingat.
  2. Clarify the message, buat pesan mudah, sederhana dan jelas.
  3. Create trust, pesan harus dapat dipercaya.
  4. Communicate a benefit, komunikasikan keuntungan melakukan tindakan.
  5. Consistency, pesan harus konsisten yang artinya sampaikan satu pesan utama di media apa saja secara berulang kali baik TV, radio, poster, stiker
  6. Cater to the heart and head, pesan harus bisa menyentuh akal dan rasa. Menyentuh nilai-nilai emosi dan kebutuhan nyata.
  7. Call to action, pesan harus mendorong sasaran untuk bertindak
Trik-trik media untuk menarik perhatian, diantaranya:
  1. Menggunakan headline yang mengarahkan, misalnya Hanya ada satu Roma, yaitu Biskuit Roma; Mau sekolah kok susah. Tanyakan kenapa?
  2. Menggunakan slogan yang mudah diingat, misalnya Enak dibaca dan perlu Misalnya: Don’t Worry be happy;
  3. Ukuran, warna, penggunaan huruf dan tata letak
  4. Animasi
  5. Gunakan GAYA PESAN
    • POTONGAN KEHIDUPAN (SLICE OF LIFE), menunjukkan penggunaan produk/ide/perilaku dalam kehidupan sehari-hari.
    • Misalnya kepuasan makan biskuit merek baru, penggunaan garam beryodium, penggunaan air bersih, Kartu Sehat.
    • FANTASI (FANTACY), menciptakan fantasi disekitar produk tersebut atau penggunaannya Iklan rokok MEZZO yang bisa ringan melangkah, iklan parfum AXE, jreng.
    • GAYA HIDUP (LIFESTYLE), menekankan bagaimana suatu produk/ide/perilaku sesuai dengan suatu gaya hidup. Misalnya iklan Air Mineral/yang mengandung ion tubuh, hemat air, hemat listrik, olahraga atau kampanye gaya hidup sehat.
    • SUASANA ATAU CITRA (IMAGE), membangkitkan suasana di sekitar produk seperti kecantikan, kejantanan, cinta atau ketenangan Sabun lux, Marlboro, bedak Johnson and Johnson untuk bayi, real estate.
    • MUSIK (MUSIC), menggunakan latar belakang musik atau lagu tentang produk tersebut. Misalnya Coca cola, Bentoel, Indo Mie. Kadarzi, lagu Aku Anak Sehat, iklan Kapsul Vitamin A, Suami Siaga.
    • SIMBOL KEPRIBADIAN (PERSONALITY SYMBOL), menciptakan suatu karakter yang menjadi personifikasi produk tersebut. Karakter tersebut bisa berbentuk orang atau animasi Marlboro Man, Sabun lux sebagai sabun bintang kecantikan, PIN dengan tokoh Si Imun.
    • KEAHLIAN TEKNIS (TECHNICAL EXPERTISE) menunjukkan keahlian teknis, pengalaman dan kebanggaan dalam membuat produk tersebut. Contoh: Jamu, iklan mobil, pelancar buang air besar, obat.
    • BUKTI ILMIAH (SCIENTIFIC EVIDENCE), menyajikan bukti survei atau ilmiah bahwa merek tersebut lebih disukai atau mengungguli merek lain, misalnya iklan obat.
    • BUKTI KESAKSIAN (TESTIMONIAL), menampilkan seorang sumber yang sangat dipercaya, disukai atau ahli mendukung produk tersebut, misalnya Ulfa untuk Garam Beryodium, Ike Nurjanah untuk Kadarzi.
Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam penggunaan selebriti (selebrity endorser) sebagai pendukung pesan dalam media promosi
  • Kredibilitas selebriti
  • Kecocokan selebriti dengan sasaran
  • Kecocokan selebriti dengan produk/perilaku yang diperkenalkan
  • Daya tarik selebriti
  • Pertimbangan lain, seperti biaya, besar-kecilnya kena masalah, kemudahan diajak kerjasama dan berapa banyak dia telah beriklan.
Pendekatan pesan, dilakukan agar sasaran mau mengikuti apa yang diharapkan, diantaranya:
  1. Pendekatan rasa takut
    • Bisa berbentuk celaan sosial atau bahaya fisik. Kadang-kadang kita harus menakuti-nakuti orang untuk menyelamatkan hidup mereka.
    • Misalnya obat kumur, deodorant, pasta gigi, seks yang tidak aman, PIN untuk Polio
    • Penelitian membuktikan pendekatan rasa takut yang sangat kuat cenderung diabaikan sedangkan yang lemah tidak akan menarik perhatian. Jadi gunakan rasa takut yang sedang-sedang saja.
  2. Pendekatan rasa bersalah
    • Rasa bersalah juga menjadi pemikat bagi emosi. Orang merasa bersalah bila mereka melanggar peraturan, norma dan kepercayaan mereka sendiri.
    • Iklan posyandu di tahun 80-an yang menunjukkan kehilangan anak, iklan sabuk pengaman
  3. Pendekatan rasional
    • Meyakinkan orang dengan perkataan logis.
    • Pengalaman atau riset membuktikan bahwa pendekatan rasional kurang berhasil.
    • Misalnya datanglah ke Posyandu untuk mendapat kapsul vitamin A. Apakah ibu-ibu beramai-ramai datang ke Posyandu?
  4. Pendekatan emosional
    • Menggunakan pernyataan atau bahasa yang mampu menyentuh sasaran, dan tunjukkan bahasa non verbal seperti air muka yang penuh kasih, cinta. Dan ini lebih berhasil.
  5. Pendekatan humor
    • Metode yang efektif untuk menarik perhatian
    • Humor menambah kesenangan dan tidak merusak pemahaman
    • Humor tidak menawarkan suatu keuntungan yang lebih dari sekedar bujukan.
    • Humor tidak menambah kredibilitas sumber
    • Humor akan lebih berhasil digunakan jika tingkat kesadaran akan produk/perilaku sudah mapan bukan yang baru diperkenalkan
  6. Pendekatan moral
    • Diarahkan pada perasaan sasaran tentang apa yang benar dan tepat.
    • Sering digunakan untuk mendukung masalah-masalah sosial seperti lingkungan hidup yang lebih bersih, gender, bantuan bagi orang-orang yang membutuhkan.
  7. Kemudian masukkan pesan-pesan ke dalam beberapa media yang dipilih.
  8. Media yang dibuat sebaiknya berupa draft/rancangan yang siap diuji-coba. (PRETESTING).
Bahan yang diuji coba:
  1. Uji coba pada tahap konsep. Desain media cetak, storyboard, scrip radio.
  2. Ujicoba pada media yang sudah selesai sebagian. Media belum diisi musik untuk TV spot, radio spot.
  3. Uji coba media lebih dari satu versi.
    • Pelaksanaan uji coba rancangan media pada sasaran.
      • Menentukan sasaran.
      • Menyusun instrumen ujicoba.
      • Memilih dan melatih pewawancara.
      • Meminta dukungan petugas dan pemuka setempat.
      • Melaksanakan wawancara di lapangan
    • Pelaksanaan dan pemantauan.
      • Pelaksanaan merupakan langkah untuk menerapkan rancangan promosi berikut media yang telah dirancang.
      • Pemantauan dilakukan untuk melihat seberapa jauh media promosi telah diproduksi dan didistribusikan, ditayangkan serta disiarkan.
    • Evaluasi untuk perbaikan dan rancang ulang produksi.
      • Evaluasi dilakukan untuk mengukur seberapa jauh sasaran telah terpapar pesan, pemahaman pesan dan perubahan tindakan untuk melakukan anjuran pesan.
      • Hasil evaluasi juga menjadi dasar untuk perencanaan media berikutnya.