Widget HTML #1

Obat Gangguan Sistem Pencernaan


BLOGPERAWAT.NET - Golongan obat yang dipakai atau bekerja pada sistem pencernaan, bertujuan untuk mengendalikan diare, konstipasi dan muntah adalah, antidiare dan laksatif, antiemetic, emetic. Sehingga materi yang akan dibahas meliputi obat antidiare, obat laksatif, obat anti emetic dan obat antitukak.

A. Obat Antidiare

Diare adalah keadaan buang air besar sering dan tinja berbentuk cair, hal ini biasanya merupakan suatu keadaan patofisiologik dari saluran cerna dan merupakan penyakit sendiri.

Diare bukan suatu penyakit, tetapi gejala dari suatu masalah. Gejala diare adalah buang air besar (BAB) berulang kali disertai banyaknya cairan yang keluar kadang-kadang dengan mulas dan berlendir atau berdarah.

Diare terjadi karena adanya rangsangan terhadap saraf otonom di dinding usus sehingga menimbulkan reflek mempercepat peristaltik usus. Rangsangannya dapat ditimbulkan oleh infeksi oleh bakteri patogen misalnya bakteri E. coli, infeksi oleh kuman thypus dan kolera, infeksi oleh virus, akibat dari penyakit cacing, keracunan makanan dan minuman dan sebagainya.

Antidiare adalah obat yang digunakan untuk mengobati penyakit yang disebabkan oleh bakteri, kuman, virus, cacing, atau keracunan makanan.

Obat antidiare, terdiri atas:
  1. Adsorben: Menyerap racun, misalnya kaolin, karbo adsorben, attapulgit.
  2. Antimotilitas: Menekan peristaltik usus, loperamid hidroklorida, kodein fosfat, morfin.
  3. Adstringen: menciutkan selaput usus, misalnya tannin/ tanalbumin.
  4. Pelindung: Mucilago, melindungi selaput lendir usus yang luka
Beberapa jenis obat diare dapat dilihat pada tabel dibawah ini

Obat Dosis Pemakaian
Kodein Oral, 15-30 mg 4 kali sehari Untuk diare
Loperamid (Imodium) Oral, mula-mula 4 mg, kemudian 2 mg setelah setiap kali BAB, tidak melebihi 16 mg sehari Untuk diare, tidak mempengaruhi SSP, kurang dari 1% yang mencapai sirkulasi sistemik.
Kaolin-Pectin Sesuai label obat Untuk diare, diberikan setelah setiap kali BAB. Obat bebas
Tanin-tanalbumin 0,5-1 g 3 kali sehari. Anak sesuai berat badan

B. Laksativa

Laksativa adalah obat-obat yang dapat melunakkan tinja, mempercepat peristaltik usus sehingga mempermudah defekasi.

Obat pencahar digunakan untuk:
  1. Mengatasi keadaan sembelit
  2. Pasien penderita penyakit jantung dan pembuluh darah
  3. Pasien dengan resiko pendarahan rektal
  4. Membersihkan saluran cerna
  5. Pengeluaran parasit (cacing)
Obat laksativa dapat dikelompokkan sebagai berikut:
  1. Laksativa osmotik, memperbesar isi usus misalnya magnesium sulfat (garam Inggris), gliserin.
  2. Laksativa kontak, perangsang dinding usus (meningkatkan motilitas usus), misalnya bisakodil, minyak kastor.
  3. Laksativapembentuk bulk, misalnya Psillium Hidrofilik musilloid(Metamucil).
  4. Emolien, merupakan pelunak dan pelumas tinja.
Beberapa contoh obat laksativa dapat dilihat pada tabel

Obat Dosis Pemakaian dan Pertimbangan
Magnesium Sulfat (garam inggris) Oral 3-15 g Untuk pembersihan usus yang sempurna sebelum pembedahan. Dapat terjadi hipermagnesium pada pemakaian yang sering
Gliserin Supositoria Untuk konstipasi
Bisakodil (Dulcolax) Oral 5-15 mg, Supositoria 10 mg Untuk konstipasi atau preparat usus. Mulai kerja 6-8 jam (oral) dan 15-30 menit (supositoria)
Minyak kastor Oral 15-60 ml Untuk preparat usus sebelum pemeriksaan
Psillium Hidrofilik musilloid (Metamucil) Oral, 1-2 sendok teh dalam 8 oz air setiap hari sampai 3 kali sehari Untuk mencegah konstipasi. Serat kering harus dilarutkan dalam segelas air putih dan segera diminum untuk mencegah kepadatan kembali, dilanjutkan dengan air tambahan
Pelunak tinja: Natrium Dokusat Oral 50-300 mg/hari, Anak (>6thn) 40-120 mg/hari Untuk mencegah konstipasi. Tidak boleh dipakai pada penderita PJK karena kandungan natriumnya
Lubrikan: Minyak mineral Oral, 15-30 ml, pada malam hari sebelum tidur Untuk mencegah konstipasi

C. Antiemetik

Emesis atau muntah mempunyai banyak penyebab, seperti mabuk, infeksi, intoleransi makanan dan sebagainya. Penyebab muntah harus dicari, antiemetik dapat menutupi penyebab muntah dan seharusnya tidak diberikan sampai penyebab muntah ditemukan.

Dua pusat utama, chemoreseptor trigger zone (CTZ) dan pusat muntah pada medulla menyebabkan muntah bila terangsang. CTZ menerima rangsang dan meneruskan ke pusat muntah. Beberapa impuls sensori ditransmisikan secara langsung ke pusat muntah, seperti bau, rasa dan iritasi mukosa lambung.

Antiemetic diklasifikasikan dalam 5 golongan, yaitu: antihistamin, antikolinergik, fenotiazin, kanabinoid dan lain-lain.

Obat Dosis Pemakaian dan Pertimbangan
Antihistamin

Hidroksizin D: PO: IM: 25-100 mg, 3 atau 4 kali sehari, jika perlu Untuk mual dan muntah pasca operasi, vertigo. Diberikan pra-operasi bersama narkotik untuk mengurangi mual
Antikolinergik

Scopolamin D: Patch transdermal. Diberikan:0,5 mg dalam sehari Untuk mabuk perjalanan. Mempunyai banyak efek samping antikolinergik seperti mulut kering. Satu patch dibelakang telinga, sekurang-kurangnya 4 jam sebelum saat tercapainya antiemetic diinginkan
Fenotiazin

Chlorpromazin D: PO: IM: 10-25 mg, setiap 4-6 jam, jika perlu Pemakaian utamanya untuk psikosis, tapi juga dapat dipakai untuk mengobati muntah
Flupenazin D: PO: awal: 2,5-10 mg/hari dalam dosis terbagi. D:PO: Rektal: 1-5 mg/hari dalam dosis terbagi Untuk mual, muntah post operasi, pengobatan neoplastik dan antiradiasi
Kanabinoid

Dronabinol D: PO: 5 mg/m2, setiap 4-6 jam Untuk mual dan muntah akibat kemoterapi kanker, dipakai 1-3 jam sebelum dan selama 24 jam setelah kemoterapi
Nabilon D: PO:1-2 mg/, 2 kali sehari Untuk mual dan muntah akibat kemoterapi
Metoclopramida HCl Dewasa: PO: 10 mg sebelum makan dan waktu tidur. IV: 1-2 mg/kg BB, 30 menit sebelum kemoterapi Mual, muntah akibat kemoterapi. Hindari alcohol dan obat penekan syaraf pusat

D. Obat Antitukak

Tukak lambung adalah suatu kondisi patologis pada lambung, duodenum, esofagus bagian bawah, dan stoma gastroenterostomi (setelah bedah lambung).

Tujuan terapi tukak lambung adalah meringankan atau menghilangkan gejala, mempercepat penyembuhan, mencegah komplikasi yang serius (hemoragi, perforasi, obstruksi) dan mencegah kambuh.

Terdapat 6 golongan agen antitukak, yaitu:
  1. Tranquilizer ⇢ Memiliki efek yang minimal didalam mencegah dan mengobati tukak. obat ini mengurangi perangsangan vagal dan menurunkan kecemasan.
  2. Antikolinergik ⇢ Obat ini menghilangkan nyeri dengan menurunkan motilitas dan sekresi gastrointestinal. Antikolinergik harus diminum sebelum makan untuk mengurangi sekresi asam yang timbul saat makan. Efek samping yang dapat terjadi berupa mulut kering, pengurangan sekresi, takhikardi, retensi urin dan konstipasi. Karena antikolinergik menurunkan motilitas gastro intestinal, waktu pengosongan lambung dihambat, sehingga dapat merangsang sekresi lambung dan memberatkan tukak.
  3. Antacid ⇢ Antasida adalah basa-basa lemah yang digunakan untuk menetralisir kelebihan asam lambung yang menyebabkan timbulnya sakit maag. Tujuan pengobatan adalah menghilangkan gejala, mempercepat penyembuhan dan mencegah komplikasi lebih lanjut. Dosis antacid ditentukan menurut perintah dokter atau sesuai petunjuk pada label obat. Interval dosis yang ideal adalah 1-3 jam sesudah makan dan waktu tidur. Antacid yang diminum sewaktu perut kosong efektif 30-60 menit sebelum obat ini akan berjalan ke duodenum.
  4. Penghambat histamin-2 ⇢ Merupakan obat yang paling populer dipakai. Obat ini menghambat refluk asam ke dalam esofagus. Obat ini memblok reseptor histamin H-2 pada sel-sel parietal lambung sehingga mengurangi sekresi dan konsentrasi asam lambung. Efek samping yang merugikan adalah sakit kepala, pusing, sembelit, pruritus, ruam kulit, khususnya cimetidine menimbulkan ginekomastia, penurunan libido dan impotensi
  5. Inhibitor pepsin ⇢ Sukralfat dapat mencegah cedera mukosa lambung akibat tukak. Efek samping adalah pusing, mual, konstipasi dan mulut kering.
  6. Inhibitor sekresi asam lambung ⇢ Omeprazol menghambat sekresi asam lambung sampai 90%. Dosis umum 20 mg sehari dosis dapat ditingkatkan. Efek samping yang mungkin terjadi meliputi diare, mulut kering , baal, pusing dan lemah.

Obat Dosis Pemakaian dan Pertimbangan
Simetidin Oral 300 mg 4 kali sehari bersama makanan dan jam tidur atau 800 mg jam tidur
IV: 300 mg tiap 6-8 jam diencerkan dalam 50 ml dalam 15-30 menit
Untuk tukak pepsin
Ranitidin Oral 150 mg setiap 12 jam atau 300 mg pada jam tidur Untuk tukak pepsin, 5-10 kali lebih kuat dari cimetidin