Widget HTML #1

Teori Etik dan Nilai Fundamental Dalam Praktek Keperawatan


Teori Etik

Teori Etik akan kita bagi dalam 3 golongan yaitu teori etik tradisional, teori etik modern, dan teori etik kontemporer.

a. Teori Etik Tradisional (Sebelum Tahun 1500) 

  • Egoism - Teori ini menekankan pada apa yang terbaik untuk saya. Perawat merawat klien hanya untuk keperluan pribadi. Misalnya perawat mau merawat klien AIDS asalkan dibayar lebih.
  • Subjectivism - Teori ini menekankan pada baik buruknya tindakan ditentukan oleh pandangan seseorang. Misalnya jika menurut pandangan seseorang merawat klien AIDS itu baik maka perawat akan merawatnya.
  • Relativism - Teori ini menekankan pada baik buruknya tindakan bergantung pada nilai-nilai yang dianut oleh individu atau masyarakat. Misalnya merawat pasien HIV itu bisa dikatakan baik dan bisa juga dikatakan tidak baik tergantung pandangan masyarakat.
  • Objectivism - Teori ini menekankan bahwa ada nilai-nilai yang lebih tinggi dalam menentukan baik buruk yang dapat dinilai secara objektif.
  • Moralism - Teori ini menekankan bahwa diperlukan diskusi moral dalam membuat keputusan yang etis.
  • Nihilisme - Teori ini mengatakan bahwa tidak perlu ada argumentasi terhadap masalah etik tentang kehidupan karena alam ini akan berakhir.
  • Rasional Paternalistik - Teori ini menekankan bahwa dokter/perawat lebih tahu apa yang paling baik bagi pasien.
  • Eudemonism - Tindakan dikatakan baik apabila bertujuan untuk kebaikan/mempunyai tujuan yang baik.
  • Hedonism - Teori ini menekankan bahwa tindakan yang baik adalah tindakan yang bisa menyenangkan banyak orang misalnya jika merokok itu menyenangkan banyak orang maka dikatakan baik.
  • Stoicism - Teori ini menekankan bahwa perawat menyadari keterbatasan kekuatan manusia, pasrah dan menerima apa adanya adalah suatu kebajikan.
  • Natural law - Teori ini menjelaskan bahwa apa yang diatur Tuhan, itulah yang baik untuk dilakukan misalnya menurut Alkitab atau Al Qur’an.

b. Teori Etik Modern (1500-1900)

  • Altruism - Teori ini menekankan bahwa perawat menunjukkan kasih, kebaikan dan jujur pada klien dalam memberikan asuhan keperawatan.
  • Utilitarianism dan Teleologi - Teori ini menekankan pada pencapaian hasil akhir yang terjadi. Pencapaian hasil dengan kebaikan maksimal dan ketidakbaikan sekecil mungkin bagi manusia (Kelly, 1987). Misalnya bayi yang lahir tanpa tulang tengkorak lebih baik diijinkan meninggal daripada sepanjang hidupnya menderita.
  • Deontologi - Menurut Kant, benar atau salah bukan ditentukan oleh hasil akhir atau konsekuensi dari suatu tindakan, melainkan oleh nilai moralnya. Kant berpendapat bahwa prinsip moral atau yang terkait dengan tugas harus bersifat universal, tidak kondisional, dan imperatif. Contoh penerapan deontologi adalah seorang perawat yang yakin bahwa klien harus diberi tahu tentang yang sebenarnya terjadi walaupun kenyataan tersebut sangat menyakitkan.
  • Voluntarism - Teori ini menekankan pada niat. Suatu tindakan dikatakan baik jika ada niat yang baik.
  • Marxism - Teori ini menekankan bahwa tindakan yang baik didasarkan pada komunis. Marxisme berisi nilai-nilai komunis, kelompok masyarakat yang berkuasa, secara individu tidak bebas.

c. Teori Etik Kontemporer

  • Individualism - Teori ini menekankan pada self determination artinya tindakan dikatakan baik ditentukan oleh dirinya sendiri.
  • Existentialism - Seseorang bertanggung jawab atas keputusan bagi dirinya.
  • Justice based ethics - Teori ini menekankan pada keadilan sebagai titik sentral. Sebaik-baiknya suatu teori jika tidak adil harus ditolak. Pada teori ini hak asasi manusia dijamin karena keadilan

7 Nilai Fundamental Dalam Praktek Keperawatan Professional

The American Association Colleges of Nursing mengidentifikasi tujuh nilai-nilai fundamental dalam praktek keperawatan profesional atau kehidupan profesional seorang perawat yaitu:
  1. Aesthetics (keindahan) - Seorang perawat harus memberikan kepuasan terhadap pasien dalam pelayanan kesehatannya dengan menghargai pasien, menunjukkan kreativitas perawat dengan keahlian dan ketrampilan yang sangat mumpuni, imajinatif, sensitivitas, dan kepedulian terhadap kesehatan pasien yang dirawatnya.
  2. Altruism (mengutamakan orang lain) - Seorang perawat selalu mengutamakan kepentingan pasien di atas kepentingan pribadinya dan berusaha peduli bagi kesejahteraan orang lain.
  3. Equality (kesetaraan) - Seorang perawat memiliki hak atau status yang sama dengan tenaga medis lain. Persamaan itu terletak dalam statusnya sebagai pelayan kesehatan bagi masyarakat, meskipun keahlian dan kompetensinya jelas tidak sama.
  4. Freedom (kebebasan) - Seorang perawat memiliki kebebasan untuk berpendapat dan bekerja yang tentunya tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip dan kode etik keperawatan.
  5. Human dignity (martabat manusia) - Perawat menghargai martabat manusia dan keunikan individu yang dirawatnya yang ditunjukkan dengan sikap empati, kebaikan, pertimbangan matang dalam mengambil tindakan keperawatan, dan penghargaan setinggi-tingginya terhadap kepercayaan pasien dan masyarakat luas.
  6. Justice (keadilan) - Perawat berlaku adil dalam memberikan asuhan keperawatan tanpa melihat strata sosial, suku, ras, agama dan perbedaan lainnya.
  7. Truth (kebenaran) - Perawat selalu menjunjung tinggi nilai-nilai kebenaran dalam menyampaikan pesan kepada pasien maupun melakukan tindakan keperawatan terhadap pasien yang ditunjukkan dengan sikap bertanggung gugat, jujur, rasional dan keingintahuan yang besar akan ilmu pengetahuan yang terus berkembang.