Widget HTML #1

Perkembangan Seksual Sesuai Dengan Tahap Perkembangan


Seksualitas merupakan salah satu komponen kebutuhan dasar manusia. Seksualitas merupakan bagian dari kepribadian seseorang yang berpengaruh terhadap kesehatan secara menyeluruh.

Menurut World Health Organization (2015), kesehatan seksual adalah “Suatu  keadaan kesejahteraan fisik, emosional, mental dan sosial yang berhubungan dengan seksualitas, tidak hanya sekadar bebas dari penyakit, disfungsi atau kelemahan."

Seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan seseorang, maka seksualitas juga akan mengalami perubahan yang akan berpengaruh terhadap fungsi dan peran seksual dalam berhubungan.

Perkembangan seksual sesuai dengan tahap perkembangan dapat digambarkan sebagai berikut:
  1. Infantil dan masa kanak-kanak awal - Tahap ini merupakan tahapan penting dalam perkembangan identitas gender (Andrews dalam Potter & Perry, 2010). Seorang anak akan lebih memihak pada orang tua yang memiliki gender sama. Anak-anak mulai merasakan perbedaan antara jenis kelamin yang berbeda.
  2. Usia sekolah - Pada tahapan ini, orang tua, guru dan kelompok teman sebaya berperan sebagai role model yang mengajarkan bagaimana peran laki-laki atau perempuan dalam berhubungan dengan setiap orang. Pada tahap ini anak-anak biasanya memiliki pertanyaan tentang aspek fisik yang berkaitan dengan seksualitas.
  3. Pubertas atau masa remaja - Perubahan emosional selama pubertas sama dramatisnya dengan perubahan fisik. Remaja memerlukan banyak informasi seputar seksualitas di antaranya perubahan tubuh, aktivitas seksual, respons emosi terhadap hubungan intim seksual, penyakit menular seksual, kontrasepsi dan kehamilan.
  4. Masa dewasa muda - Pada tahapan ini, seseorang masih memerlukan penggalian dan mematangkan hubungan secara emosional walaupun telah memiliki kematangan secara fisik. Aktivitas seksual sering didefinisikan sebagai dasar kebutuhan. Sebagai individu yang aktif secara seksual yang membangun secara intim, mereka mempelajari teknik stimulasi yang dapat memuaskan diri sendiri dan pasangan seksual mereka.
  5. Masa dewasa menengah - Perubahan dalam penampilan fisik pada masa dewasa menengah terkadang menimbulkan masalah dalam ketertarikan seksual. Penurunan kadar estrogen pada wanita perimenupause menyebabkan kurangnya lubrikasi dan elastisitas vagina. Perubahan ini sering menyebabkan dyspareunia atau rasa nyeri saat berhubungan seks. Pada laki-laki cenderung mengalami perubahan, seperti peningkatan periode refrakter pasca ejakulasi dan penundaan ejakulasi.
  6. Masa lansia - Faktor-faktor yang menentukan aktivitas seksual pada lansia diantaranya adalah status kesehatan, kepuasan hidup dulu dan sekarang dan status pernikahan atau hubungan intim. Penting bagi perawat untuk berhati-hati dalam pengkajian masalah ini pada lansia. Perawat harus menunjukkan sikap yang tidak menghakimi dan meyakinkan bahwa aktivitas seksual mereka akan normal dalam tahun-tahun selanjutnya. Tekankan bahwa aktivitas seksual bukan merupakan satu-satunya hal penting untuk mempertahankan kualitas hidup.