Widget HTML #1

Tahapan dan Reaksi Tubuh Terhadap Stres

Gambar: pixabay.com

Pengertian Stres

Stres adalah keadaan yang dihasilkan oleh perubahan lingkungan yang diterima sebagai suatu hal yang menantang, mengancam atau merusak keseimbangan kehidupan seseorang. Sering kali stres didefinisikan dengan hanya melihat dari stimulus atau respons yang dialami seseorang (Lazarus & Folkman, 1984).

Beberapa pandangan tentang stres diantaranya:
  1. Pandangan stres sebagai stimulus - Pandangan ini menyatakan stres sebagai suatu stimulus yang menuntut, dimana semakin tinggi besar tekanan yang dialami seseorang, maka semakin besar pula stres yang dialami.
  2. Pandangan stres sebagai respons - Mengidentifikasikan stres sebagai respons individu terhadap stresor yang diterima, di mana ini sebagai akibat respons fisiologi dan emosional atau juga sebagai respons yang non spesifik tubuh terhadap tuntutan lingkungan yang ada.
  3. Pandangan stres sebagai transaksional - Pandangan ini merupakan suatu interaksi antara orang dengan lingkungan dengan meninjau dari kemampuan individu dalam mengatasi masalah dan terbentuknya sebuah koping

Penyebab Stres

Ditinjau dari penyebab, maka stres dibagi menjadi:
  1. Stres fisik - Stres yang disebabkan karena keadaan fisik, seperti karena temperatur yang tinggi atau yang sangat rendah, suara yang bising, sinar matahari atau karena tegangan arus listrik.
  2. Stres kimiawi - stres ini disebabkan karena zat kimiawi, seperti obat-obatan, zat beracun asam, basa, faktor hormon atau gas dan prinsipnya karena pengaruh senyawa kimia.
  3. Stres mikrobiologik - Stres ini disebabkan karena kuman, seperti adanya virus, bakteri atau parasit.
  4. Stres fisiologik - Stres yang disebabkan karena gangguan fungsi organ tubuh diantaranya gangguan dari struktur tubuh, fungsi jaringan, organ dan lain-lain.
  5. Stres proses pertumbuhan dan perkembangan - stres yang disebabkan karena proses pertumbuhan dan perkembangan, seperti pada pubertas, perkawinan dan proses lanjut usia.
  6. Stres psikis atau emosional: stres yang disebabkan karena gangguan stimulus psikologis atau ketidakmampuan kondisi psikologis untuk menyesuaikan diri, seperti hubungan interpersonal, sosial budaya atau faktor keagamaan (Alimul, 2008).
Sumber-sumber stress berasal dari:
  1. Sumber stres di dalam diri;
  2. Sumber stres di dalam keluarga;
  3. Sumber stres di dalam masyarakat dan lingkungan.

Tahapan Stres

Stres yang dialami seseorang dapat melalui beberapa tahapan, menurut Van Amberg (1979 dalam Alimul 2008), tahapan stres dapat terbagi menjadi enam tahap diantaranya:
  • Tahap Pertama - Tahap ringan dari stres yang ditandai dengan adanya semangat bekerja besar, penglihatannya tajam tidak seperti pada umumnya, merasa mampu menyelesaikan pekerjaan yang tidak seperti biasanya, kemudian merasa senang akan pekerjaannya, akan tetapi kemampuan yang dimilikinya semakin berkurang.
  • Tahapan Kedua - Pada stres tahap kedua ini seseorang memiliki ciri sebagai berikut, adanya perasaan letih sewaktu bangun pagi yang semestinya segar, terasa lelah setelah makan siang, cepat lelah menjelang sore, sering mengeluh lambung atau perut tidak nyaman, denyut jantung berdebar-debar lebih dari biasanya, otot-otot punggung dan tengkuk semakin tegang dan tidak bisa santai.
  • Tahap Ketiga - Pada tahap ketiga ini apabila seseorang mengalami gangguan, seperti pada lambung dan usus, seperti adanya keluhan gastritis, buang air besar tidak teratur, ketegangan otot semakin terasa, perasaan tidak tenang, gangguan pola tidur, seperti sukar mulai  untuk tidur, terbangun tengah malam dan sukar kembali tidur, lemah, terasa, seperti tidak memiliki tenaga.
  • Tahap Keempat - Tahap ini seseorang akan mengalami gejala, seperti segala pekerjaan yang menyenangkan terasa membosankan, semula tanggap terhadap situasi menjadi kehilangan kemampuan untuk merespons secara adekuat, tidak mampu melaksanakan kegiatan sehari-hari, adanya gangguan pola tidur, sering menolak ajakan karena tidak bergairah, kemampuan mengingat dan konsentrasi menurun karena adanya perasaan ketakutan dan kecemasan yang tidak diketahui penyebabnya.
  • Tahap Kelima - Stres tahap ini ditandai adanya kelelahan fisik secara mendalam, tidak mampu menyelesaikan pekerjaan yang ringan dan sederhana, gangguan pada sistem pencernaan semakin berat dan perasaan ketakutan dan kecemasan semakin meningkat.
  • Tahap Keenam - Tahap ini merupakan tahap puncak dan seseorang mengalami panik dan perasaan takut mati dengan ditemukan gejala, seperti detak jantung semakin keras, susah bernapas, terasa gemetar seluruh tubuh dan berkeringat, kemungkinan terjadi kolaps atau pingsan.

Reaksi Tubuh Terhadap Stres

Stres yang dialami seseorang dapat menimbulkan reaksi yang ada pada tubuh baik secara fisiologis maupun psikologi. Di antara reaksi tubuh tersebut, seperti:
  • Terjadi perubahan warna rambut yang semula hitam lambat laun dapat mengalami perubahan warna menjadi kecoklatan dan kusam.
  • Perubahan ketajaman mata sering kali menurun karena kekenduran pada otot-otot mata sehingga akan memengaruhi fokus lensa mata.
  • Pada telinga terjadi gangguan, seperti adanya suara berdengung.
  • Pada daya pikir sering kali ditemukan adanya penurunan konsentrasi dan keluhan sakit kepala dan pusing, ekspresi wajah tampak tegang, mulut dan bibir terasa kering, kulit reaksi yang dapat dijumpai sering berkeringat dan kadang-kadang panas, dingin dan juga akan dapat menjadi kering atau gejala lainnya, seperti urtikaria.
  • Pada sistem pernapasan dapat dijumpai gangguan, seperti terjadi sesak karena penyempitan pada saluran pernapasan.
  • Pada sistem kardiovaskuler terjadi gangguan, seperti berdebar-debar, pembuluh darah melebar atau menyempit kadang-kadang terjadi kepucatan atau kemerahan pada muka dan terasa kedinginan dan kesemutan pada daerah pembuluh darah perifer, seperti pada jari-jari tangan atau kaki
  • Sistem pencernaan juga dapat mengalami gangguan, seperti lambung terasa kembung, mual, perih, karena peningkatan asam lambung
  • Pada sistem perkemihan terjadi gangguan, seperti adanya frekuensi buang air kecil yang sering
  • Pada otot dan tulang terjadi ketegangan dan terasa ditusuk-tusuk, khususnya pada persendian dan terasa kaku.
  • Pada sistem endokrin dan hormonal sering kali dijumpai adanya peningkatan kadar gula dan terjadi penurunan libido dan penurunan kegairahan pada seksual (Alimul, 2008). 
Tubuh selalu berinteraksi dan mengalami sentuhan langsung dengan lingkungan, baik lingkungan internal (seperti pengaturan peredaran darah, pernapasan) maupun lingkungan eksternal (seperti cuaca dan suhu yang kemudian menimbulkan respons normal atau tidak normal). Keadaan di mana terjadi mekanisme relative untuk mempertahankan fungsi normal disebut homeostasis.

Homeostasis dibagi menjadi dua, yaitu homeostasis fisiologis (misalnya, peningkatan produksi keringat saat berolahraga) dan homeostasis psikologis (misalnya, perasaan mencintai dan dicintai, perasaan aman dan nyaman).

Respons fisiologis terhadap stres dapat diidentifikasi menjadi dua, yaitu:
  1. Local adaptation syndrome (LAS), yaitu respons lokal tubuh terhadap stresor (misalnya, kalau kita menginjak kerikil tajam maka secara reflex telapak kaki akan diangkat atau misalnya, terjadi peningkatan produksi leukosit saat terjadi proses infeksi dalam tubuh)
  2. Genital adaptation syndrome (GAS), yaitu reaksi menyeluruh terhadap stresor yang ada. Dalam proses GAS terdapat tiga fase:
    • Pertama, reaksi peringatan ditandai oleh peningkatan aktivitas neuroendokrin yang berupa peningkatan pembuluh darah, nadi, pernapasan, metabolism, glukosa dan dilatasi pupil
    • Kedua, fase resisten di mana fungsi kembali normal, adanya LAS, adanya koping dan mekanisme pertahanan.
    • Ketiga, fase kelelahan ditandai dengan adanya vasodilatasi, penurunan tekanan darah, panik dan krisis (Wartonah, 2006).
Respons psikologis terhadap stres dapat berupa depresi, marah dan kecemasan. Kecemasan adalah respons emosional terhadap penilaian, misalnya cemas mengikuti ujian karena khawatir nilainya buruk (Wartonah, 2006).

Stres merupakan sumber dari berbagai penyakit pada manusia. Apabila stres tidak cepat ditanggulangi atau dikelola dengan baik, maka akan berdampak lebih lanjut, seperti mudah terjadi gangguan atau terkena penyakit.

Untuk mencegah dan mengatasi stres agar tidak sampai ke tahap yang paling berat, maka dapat dilakukan dengan cara:
  • Pengaturan diet dan nutrisi
  • Istirahat dan tidur
  • Olah raga atau latihan teratur
  • Berhenti merokok
  • Tidak mengkonsumsi minuman keras
  • Pengaturan berat badan
  • Pengaturan waktu
  • Terapi psikofarmaka
  • Terapi somatik
  • Psikoterapi
  • Terapi psikoreligius