Widget HTML #1

SOP Pemasangan Infus Beserta Tujuan, Indikasi dan Komplikasinya

Prosedur pemasangan infus

Blogperawat.Net - Sebagai perawat sudah seharusnya memahami SOP pemasangan infus, karena tindakan pemasangan infus banyak dilakukan oleh perawat di berbagai fasilitas kesehatan.

Pemasangan infus merupakan tindakan memasang selang infus dengan membuat line (jalur) melalui pembuluh darah dengan memasukkan venflon, abocath atau surflo (jarum kaku dan tajam yang dilapisi plastik).

Definisi Pemasangan Infus

Pemasangan infus adalah  pemasukan cairan atau obat langsung ke dalam pembuluh darah vena dalam jumlah yang banyak dan waktu yang lama dengan menggunakan alat infus set (Poltekes kemenkes Maluku, 2011).

Pemasangan infus adalah suatu tindakan memasukan cairan elektrolit, obat, atau nutrisi ke dalam  pembuluh darah vena dalam jumlah dan waktu tertentu dengan menggunakan set infus (Hidayati, et al., 2014). 

Tujuan Pemasangan Infus

Pemasangan infus yang dilakukan perawat kepada pasien bertujuan untuk:

  • Memberikan nutrisi parenteral pada klien
  • Memperbaiki atau mencegah gangguan cairan dan elektrolit pada klien yang sakit akut.
  • Mencegah ketidakseimbangan cairan dan elektrolit.
  • Memberikan akses intravena pada pemberian terapi intermiten atau emergensi 

Indikasi Pemasangan Infus

Pemasangan infus mempunyai indikasi tertentu, tidak semua penyakit memerlukan pemasangan infus. Di bawah ini adalah indikasi pemasangan infus:

  • Pasien tidak sadar
  • Pasien pre dan post operasi besar
  • Pasien dengan pemberian infus dan obat-obatan (intravena per drip atau bolus)
  • Pasien dengan kehilangan cairan atau darah.

Standar Operasional Prosedur (SOP) Pemasangan Infus

Berikut adalah prosedur pemasangan infus yang dapat Anda jadikan pedoman untuk tindakan pemasangan infus.

1. Persiapan Alat

Alat-alat yang harus dipersiapkan adalah:

  • Larutan sesuai kebutuhan
  • Jarum/pungsi vena yang terdiri dari keteter plastic, surflo, venflon, abocath dengan ukuran sebagai berikut:
    • Dewasa = 18, 20, 22
    • Anak = 24, 22
    • Bayi = 24, jarum kupu-kupu/wings/jarum bersayap
  • Set infus dengan ukuran:
    • Dewasa = makrodrip
    • Anak = mikrodrip (bila perlu dengan alat pengontrol volume/volutrol/buret)
  • Alcohol 70%
  • Kapas
  • Povidon iodin/betadin
  • Kasa steril
  • Tournigued
  • Papan penyangga lengan (bila diperlukan)
  • Spalak bila perlu (untuk fiksasi pada pasien anak yang belum kooperatif)
  • Plester/hipafix
  • Perlak dan alas perlak
  • Tiang infus
  • Sarung tangan sekali pakai
  • Bengkok
  • Gunting
  • Baki beralas/troli/dressing car

2. Tahap Pra Interaksi

  1. Identifikasi kebutuhan/indikasi pasien
  2. Cuci tangan
  3. Siapkan alat

3. Tahap Orientasi

  1. Beri salam, panggil klien dengan namanya
  2. Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan
  3. Beri kesempatan pada klien untuk bertanya

4. Prosedur Pemasangan Infus

  1. Anjurkan pasien memakai baju yang mudah untuk masuk dan keluarnya lengan.
  2. Buka set steril dengan teknik aseptik.
  3. Cek cairan dengan menggunakan prinsip 6 benar dalam pemberian obat.
  4. Buka set infus, letakkan klem 2-4 cm di bawah tabung drip dalam keadaan off/terkunci.
  5. Buka tutup botol, lakukan desinfeksi tutup botol cairan, dan tusukkan set infus ke botol/kantong cairan dengan benar.
  6. Gantungkan botol cairan infus pada tiang infus, isi tabung drip infus ⅓-½ penuh.
  7. Buka penutup jarum dan buka klem untuk mengalirkan cairan sampai ke ujung jarum hingga tidak ada udara dalam selang, klem kembali, dan tutup kembali jarum.
  8. Pilih jarum intravena/abbocath.
  9. Atur posisi pasien dan pilih vena.
  10. Pasang perlak dan pengalas
  11. Bebaskan daerah yang akan diinsersi, letakkan tourniquet 10-15 cm proksimal tempat insersi.
  12. Pakai handscoon
  13. Bersihkan kulit dengan kapas alkohol (melingkar dari dalam ke luar)
  14. Pertahankan vena pada posisi stabil
  15. Pegang IV kateter (abbocath) dengan sudut 20-30ยบ, tusuk vena dengan lubang jarum menghadap ke atas, dan pastikan IV kateter masuk intravena dengan tanda darah masuk ke abbocath, kemudian tarik mandrin ± 0.5 cm
  16. Masukkan IV kateter secara perlahan, tarik mandrin, dan sambungkan IV kateter dengan selang infus
  17. Lepas tourniquet, kemudian alirkan cairan infus
  18. Lakukan fiksasi IV kateter, kemudian beri desinfektan daerah tusukan dan tutup dengan kasa
  19. Atur tetesan sesuai program
  20. Lepaskan sarung tangan 

5. Tahap Terminasi

  1. Evaluasi hasil/respon klien
  2. Dokumentasikan hasilnya
  3. Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
  4. Akhiri kegiatan, membereskan alat-alat
  5. Cuci tangan 

Komplikasi Pemasangan Infus

Terdapat beberapa efek samping dari pemasangan infus, diantaranya adalah sebagai berikut:
  • Kerusakan/oklusi kanula, pasien dapat melaporkan adanya nyeri pada lokasi  kanula, yang segera butuh pemasangan ulang kanula.
  • Nyeri, lokasi terpasang kanula diinspeksi menggunakan skor VIP (visual infusion phlebitis). Nyeri pada lokasi kanula juga dapat disebabkan oleh obat, kemungkinan jika obat diencerkan dengan kadar yang salah.
  • Flebitis, merupakan reaksi inflamasi yang terjadi pada pembuluh darah yang ditandai dengan nyeri, kemerahan, bengkak, panas, indurasi pada daerah tusukan dan pengerasan sepanjang pembuluh darah vena.
  • Embolisme, terdapat tiga jenis embolisme, sebagai berikut:
    • Trombus (gumpalan darah), kondisi ini biasanya diterapi dengan antikoagulan oral.
    • Udara yang memasuki system kardiovaskuler, yang merupakan alas an mengapa kita harus mengeluarkan udara dari set pemberian dan spuit intravena.
    • Mekanis, dapat disebabkan potongan kanula yang rusak, kaca dari ampul, atau karet dari ampul obat yang masuk kedalam system.
  • Kesalahan obat, untuk kesalahan obat yang diberikan melalui infus, kita perlu menghentikan infus dengan segera dan memberitahu staf senior, termasuk perawat penanggung jawab, tenaga medis, dan apoteker. 
  • Cedera jarum suntik, paling sering disebabkan oleh upaya menutup kembali jarum suntik: jangan pernah menutup kembali jarum suntik.
  • Speed shock adalah pemberian obat yang terlalu cepat dan tidak terkontrol
  • Fluid overload secara harfiah  adalah ketika  pemberian  sejumlah cairan secara berlebihan pada pasien beresiko missal pasien gagal ginjal, jantung.
  • Free flow terjadi ketika cairan yang diberikan tidak teratur.
  • Ekstravasasi, keadaan ini terjadi ketika suatu zat vesicant (pembentuk bula) merusak jaringan di bawahnya karena kanula keluar dari vena.
  • Infiltrasi, terjadi ketika kanula bergeser dari vena dan zat yang diinfuskan masuk kedalam jaringan. Lengan dapat mengalami edema (sangat membengkak).
  • Hematoma, disebabkan oleh perdarahan yang tidak terkontrol, biasanya menimbulkan pembengkakan yang keras, berbeda warna, dan nyeri di bawah kulit